Jumat, Juni 09, 2017

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 6 - Armina Yang Menghujam Kalbu - ARAFAH DAY 1

Armina adalah Arafah - Muzdalifah - Mina.

Tiga tempat yang jadi puncaknya ibadah Haji.
Yang paling dinanti seluruh jutaan manusia yang sedang berharap cemas agar ibadah Hajinya lancar dan tuntas dan beroleh Mabrur.
Karena ganjaran ibadah haji yang mabrur adalah surga** Aaamiin.

Catatan tentang Armina sebagian sudah saya tulis di Notes FB nanti saya sambung link nya kesini. Dengan catatan kalau inget yah...
Baiklah, saatnya menggali semua ingatan luarbiasa yang ingin saya bagikan.

============
Arafah Day 1

Pak Pembimbing bolak balik mengingatkan untuk kami yang baru pertama kali berhaji agar bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Karena ibadah haji yang pertama kali sifatnya wajib. Sedangkan untuk yang berikutnya jadi sunnah. ( Beberapa pendapat menyatakan tidak seharusnya menunaikan ibadah haji lebih dari sekali karena Nabi Muhammad SAW tidak mencontohkan. Namun saya tidak akan membahasnya.)

Jadi dari awal menjelang Armina, persiapan dilakukan betul-betul serius.
Untuk saya, bareng ibu-ibu lain mulai dari membeli sabun khusus yang tidak wangi, mencari roll on deodoran yang juga tidak wangi. Menyiapkan sandal dan kebutuhan lain yang belum dibawa dari tanah air. Macamnya bisa banyak banget. Dari peniti, kaus kaki, panty liner, pembalut, aneka tali, dlsb.
Yang bapak-bapak mulai dari membeli sabuk yang baru, obat-obatan dan juga peralatan mandi yang tidak wangi.
Karena saat berihram kita tidak boleh memakai wewangian kan, jadi ini pada ganti semua deh khusus buat Armina.

Yang ga ketinggalan, teman-teman juga menyiapkan aneka bekal makanan. Bahkan hingga satu tas besar khusus makanan kecil, aneka roti dan selai, buah, air minum, jus, susu, biskuit ... duuh kadang terpikir ini kok rada lebay... Tapi ya sudahlah, kalo bisa dibawa ya dibawa, kalau ga bisa dibawa bilang baik-baik pada teman, jangan sampai bertengkar.

Menjelang keberangkatan ke Armina, sudah diumumkan akan berangkat jam 2 siang, jadi jam 12 siang harus sudah selesai packing, sudah harus kelar makan siang, mandi dan berwudhu, sholat Dhuhur lalu kalau sudah siap semua, harus berniat ihram.
Menyiapkan mental untuk memasuki masa wukuf.

Saat diumumkan bis sudah datang, kami turun menuju lantai dasar hotel dengan wajah tegang. Walau bagaimana.... kisah-kisah tentang balasan Allah pada segala perbuatan kita semasa di tanah air berpengaruh juga ya. Tidak ada yang bersuara....semuanya diam dalam dzikir. Percaya atau tidak, udara rasanya berbeda. Suasananya panas, suhu udara di luar hotel terasa panas sekali, tapi ada semacam naungan ...entahlah apa namanya. Seperti cuaca mendung namun dalam suhu yang sangat panas. Sudahlah tak perlu melirik angka termometer... Setidaknya 40+++°C.
Pak pembimbing mewanti-wanti karena suhu akan panas sekali, jadi harus hemat tenaga. Jangan mengangkat barang berat. Dorong saja pakai kaki.
Jadi begitulah, kami mendorong tas kami dengan kaki dalam diam dan suhu yang membakar. Keringat bercucuran, tapi tak ada yang berani berkomentar.
Baju putih yang saya kenakan rasanya sudah mulai basah, jilbab pun mulai basah dan kepala mulai cenat cenut. Tidak ada cara lain mengusir rasa tidak nyaman ini selain banyak minum air putih dan berdzikir.

Bis tidak kunjung boleh dinaiki, jadi lobi hotel pun menjadi makin sesak oleh rombongan jamaah. Selain makin panas, untuk bernapas juga makin sesak karena udara pengap. Saya dan suami melipir ke pinggir pintu supaya dapat udara. Mulut ini rasanya sudah gatal mau bertanya kapan kita berangkat, kapan boleh naik ke bis, tapi berusaha menahan diri.. Selain harus hemat tenaga, sebaiknya juga hemat bicara yang ga perlu. Selain untuk menjaga emosi diri juga agar tidak memancing keributan dengan jamaah lain.

Akhirnya kami naik bis juga dan mulai berangkat setelah didoakan pemimpin mu'asassah (Pelayanan Jamaah Haji).
Lalu saat bis berangkat sambil memandangi lalulintas di jalanan saya terpikir, akankah saya kembali dengan utuh... kalau saya kembali apa yang akan terjadi di Arafah. Banyak yang terlintas di benak saya.. Apa ya yang akan Allah tunjukkan pada saya. Saya deg-degan .... terbayang dosa-dosa dan kenakalan yang pernah saya lakukan sejak kecil. Akankah saya bisa berdialog langsung dengan Allah, seperti apa ya rasanya ? Kalau seperti di sholat Tahajjud rasanya kok saya ga begitu khusyuk.
Parah banget saya ini.. Duh, ampuni aku ya Allah. Mohon kasihani aku. Sudah setua ini, masih lemah sangat kadar imanku. Tolong bimbing aku...

Bis kami tiba di Arafah menjelang Maghrib, dan langsung berhenti di pinggir kemah. Sepertinya bis kami rombongan terakhir. Karena kemah-kemah sudah penuh oleh rombongan jamaah lain yang duduk berdzikir. Kami meletakkan tas di tempat yang disediakan, dan ternyata tidak datar. Jadi kalau tiduran pasti akan bergulir ke kanan dengan sendirinya. Hehehe.. ya sudahlah dinikmati saja.
Antara pria dan wanita dibatasi oleh sekat ala kadarnya saja. Tapi rasanya tidak sempat untuk tolah toleh. Gimana ini ngatasi rasa panas, ini langsung menyita pikiran banget.
Semakin dipikirkan malah terasa semakin panas dan sesak.

Duuh... Panasnya ya Allah.
Kemah ini begitu panas. Bahkan berlapis-lapis alas karpet tidak bisa meredakan panas dari pasir yang langsung menyengat badan begitu kami duduki.

Apalagi yang mau disombongkan ? Baru panas di dunia ini saja aku sudah blingsatan ya Allah. Mau ngomel sama siapa ?
Rupanya panas ini ada gunanya... Malahan sangat banyak hikmahnya.
Salah satunya untuk meluruhkan lapis-lapis kesombongan yang selama ini kita tempelkan.
Peluh makin deras bercucuran.
Semoga panas ini menguapkan dosa-dosa ku semuanya.

Hari ini kegiatannya persiapan untuk wukuf di keesokan hari. Setelah Sholat maghrib bersama, ada dzikir dan setelah itu makan malam.
Sabar... semuanya harus mau sabar mengantri. Mau makan, mau ke toilet... semuanya mengantri.
Kalau makan bisa diatur lah ya... nanti saja pas rada sepi baru ambil makan.
Tapi kalau urusan ke toilet ini perlu strategi dan keikhlasan juga.
Bayangkan, pernah suatu saat perut sedang mules banget, tapi antrian di depan saya ada 8 orang. Semua toilet penuh, jadi ya mau gimana lagi.. Pokoknya langsung istighfar dan berdzikir dalam hati dan kali itu saya sungguh-sungguh berdoa semoga saya tidak mempermalukan diri sendiri. Duuh, alhamdulillah masih bisa tahan walaupun sudah keringat dingin bangetts.
Pernah juga udah ngantri lama, pas mau masuk eh disela ibu-ibu yang sudah super kebelet. Ya sudahlah... semoga saya dimudahkan di lain kesempatan.
Jangan berharap banyak tentang kebersihan, namanya juga bareng ribuan orang jamaah dari segala penjuru Indonesia.. tidak semuanya punya toilet di rumah.

Dan memangnya siapa saya mau minta diistimewakan terus... diantara ratusan dan ribuan orang ini saya bukan siapa-siapa.
Di antara milyaran makhluk ciptaan Allah dari galaksi, planet, hingga manusia, saya ini layaknya pecahan debu super duper kecil. Sudah untung lahir jadi manusia bukan jadi cacing.
Alhamdulillah..... Ingatan tentang hal ini ampuh membuat saya lebih tenang.

Namun saya jadi sadar Allah itu dekat, Ia menolong hambaNya yang berdoa sungguh-sungguh. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sejauh ini semua baik-baik saja. Alhamdulillaah.
Menjelang malam, kami memilih untuk mulai tidur lebih cepat. Setelah Isya dan membaca Qur'an, saya pun bersiap tidur.

Lalu bagaimana saat Wukuf ?

Saya lanjut di tulisan berikutnya yaa... Arafah Day 2.

Klik di bawah ini.

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 7

Terima kasih sudah membaca.
Wassalamualaikum wrwb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar