Rabu, November 22, 2017

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 8 - Mina dengan Sejuta Rasa

10 Dzulhijjah - Hari ke Mina

Selesai dari Arafah, rombongan mulai bersiap untuk ke Muzdalifah dan Mina.
Antrian jamaah haji yang akan menaiki bis tak kunjung selesai.
Saat mengantri begini memang cenderung menguras emosi.
Pak pembimbing mengajak kami untuk bersabar dan naik bis terakhir saja.
Jamaah dipersilakan tidur dan beristirahat untuk menghemat tenaga.
Yah... ini agak sulit. Mata tidak mengantuk, cuaca panas ... bagaimana bisa tidur ?
Tapi, ya sudahlah... duduk-duduk lagi sajalah.
Beberapa rombongan ada yang tidak sabaran, merasa jam afdol keberangkatan ke Muzdalifah sudah terlewati.. jadi berusaha segera menaiki bis yang tiba. Lagi-lagi kami diminta bersabar.
Godaannya adalah pengeeeen nanya ke pak pembimbing, lalu kita kapan naik bisnya pak ?
Untuk yang terbiasa hidupnya on schedule, harus bisa menahan diri banget yah....

Toilet kosong, tapi tidak ada yang merasa ingin ke toilet. Sampai yang biasa ngantri toilet digodain. "Ayooo...siapa yang mau ke toilet tuh mumpung sepiii !!"
Ga ada yang mau. Karena kondisinya banyak sampah dan gelap.
Ya, aktivitas di Arafah sudah mulai ditinggalkan. Mendadak disini seperti area tak bertuan. Kosong, gelap dan suara angin menderu2 menghantarkan debu dan panas.

Akhirnya bis yang bisa kami naiki datang juga. Menjelang jam 2 malam baru kami sampai di Muzdalifah. Memunguti batu-batu untuk lempar jumrah sambil diterangi lampu senter.
Area ini seperti lapangan perkemahan raksasa.
Dimana-mana orang berpakaian ihram lalu lalang. Dari kejauhan tampak menara jam dari Hotel Zamzam Tower menunjukkan jam. Juga menara Masjidil Haram.
Kami mengira-ngira berapa ya jarak ke sana. Lumayan bikin tebak-tebakan pengusir lelah.

Toilet disini banyak dan bersih. Lampunya terang dan tidak antri.
Saya menyempatkan mandi disini. Akhirnya bisa menyegarkan diri juga setelah mandinya jam 3 tadi pagi di Arafah.
Ada penjual popmie juga lho. Tapi rasanya aneh seperti kari India yang terlalu banyak jintan dan kayumanis. Gapapa lah, yang penting bisa buat ganjal perut. Dengan sesama teman satu rombongan mulai berbagi bekal yang kami bawa dari hotel. Ada buah, roti, biskuit, teh panas dari termos.. mbak Yul sempat bikin teh di Arafah rupanya.

Kami bertemu juga dengan jamaah haji asal negara2 Arab. Mereka bikin kemah di sini. Sepertinya sekeluarga besar. Karena ada 2 troli bayi di luar kemah.
Juga sempat berfoto dengan jamaah dari China. Sayang mereka tidak bisa berbahasa Inggeris jadi ga bisa ngobrol. Cuma hahahihi doang. Kami sholat subuh berjamaah disini juga.
Lalu sambil menunggu bis yang akan membawa ke Mina, rombongan mulai berfoto-foto.

Sampai di perkemahan Mina jam 12 siang. Lucu banget. Rombongan kami selalu memilih untuk naik bis terakhir, supaya tidak berebutan dengan jamaah lain. Tapi alhamdulillah, Allah Maha Pengasih.. kami dapat ruangan yang besar di kemah Mina. Jadi bisa mengatur tempat dengan leluasa untuk tidur dan menaruh tas di bagian pinggir. Di tengah ruangan bisa ditempatkan kompor portable dan panci kecil. Kemah kami AC nya cukup dingin. Ah, seneng banget akhirnya ketemu AC lagi. Lalu setelah sholat Dzhuhur dan makan siang, rombongan mulai bergerak menuju Jamarat untuk melempar.

Subhanallah !

Segera setelah keluar dari perkemahan Mina, kami masuk ke dalam lautan arus manusia yang buanyak banget. Mengalir terus. Hampir semuanya berpakaian ihram putih sambil bertalbiyah. Rasanya bulu kuduk meremang.
Arus manusia keluar dari mana saja bertemu di jalanan utama menuju tempat jamarat. Dzikir selalu membasahi bibir.
Sepanjang mata memandang... hanya mengalir lautan manusia berihram putih. Berbagai bendera negara dibawa sebagai penunjuk bagi jamaahnya, tapi tak urung jutaan manusia yang bertemu jadi arus berjalan ini membuat hati bergetar.

Memasuki terowongan Mina tempat timbulnya kecelakaan yang menyebabkan korban tewas ratusan orang terinjak-injak.. Talbiyah disuarakan dengan keras. Jemaah dari Arab atau India yang menyuarakan pertama dengan keras lalu diikuti oleh banyak rombongan jamaah lain di belakangnya. Hingga suara jadi seragam di saat itu.
Ini suasana yang bikin merinding. Seluruh saraf rasanya ikut bertalbiyah. Tak terasa airmata menitik membayangkan banyak orang wafat terinjak-injak. Di sekeliling saya aneka manusia dengan warna kulit yang beragam. Ada yang tua tertatih-tatih. Ada yang masih muda berjalan dengan gagah, membawa bendera. Ada yang bertugas meneriakkan talbiyah dengan toa. Ada suami isteri yang bergandengan tangan, ada yang berjauhan. Ada yang pakai kursi roda, ada juga yang dibantu tongkat. Rasanya saya bisa mencium aroma jalanan dan suasana syahdu saat itu. Semua menuju tempat yang sama.
Ya Allah biarlah pasir, batu, tembok terowongan dan jalanan ini dan semua yang kami lalui bersaksi kelak di akhirat bahwa kami pernah disini. Berusaha menunaikan perintahMu.

Labbaik Allahumma labbaik.
Labbaik alaa syarika laka labbaik
Innal hamda wal nikmata laka wal mulk
Laa syarikalah

Suara talbiyah bergema di dalam terowongan Mina.

Mendengarnya serasa panas dingin.

Sesampai di gedung jamarat yang luarbiasa besarnya, jumlah manusia semakin banyak. Jutaan orang dari berbagai ras mendekat untuk tujuan yang sama. Walaupun sudah bertingkat tiga, tetap saja masih berjubel dan tak ayal membuat perjalanan agak tersendat. Untungnya kami melontar saat sore hari, kalau siang hari tentu lelahnya dobel karena suhunya terik banget.

Saat mendekat ke jamarat pertama, begitu melihat lubang tempat kita harus melontar, seluruh orang yang berada di depan saya langsung menuju ke titik terdekat.
Saya pun hampir terbawa orang-orang itu. Dan betul saja, disana orang berdesak-desakan dan mulai dorong-dorongan. Batu- batu bahkan dilempar dari jarak jauh. Ini udah main fisik banget.
Hingga terdengar suara suami, "Kandi kesini !", memanggil saya.
Baru saya tersadar dan bergerak menjauh, eh iya ya.., kenapa saya kok seperti terhipnotis begini.

Rasa lelah setelah seharian di Arafah, dan Muzdalifah ditambah berjalan 3 km dari kemah Mina menuju jamarat membuat sebagian orang bernafsu untuk segera menyelesaikan sesi lempar jumrah. Rasanya seperti kesedot oleh arus orang banyak. Ga bisa mengelak, kecuali kitanya memperhatikan lingkungan sekitar. Tidak terpaku pada gerakan arus gelombang orang yang banyak.
Kondisi saya waktu itu betul-betul lelah, tapi kan masih harus berjalan. Tak terbayang untuk jamaah yang sepuh, prosesi lempar jumrah ini cukup berat bagi mereka pastinya.

Ternyata setelah berjalan melipir agak memutar lubang tempat jumrah, masih banyak tempat lowong. Kami bisa melempar dengan leluasa dan santai. Kuncinya hanya sabar. Memang benar kata pak pembimbing, perbanyak sabar dan jangan menyakiti orang lain. Kalau berdesak-desakan kan jadinya senggol sana sini, nyikut sana sini. Sengaja atau tidak kita pasti menyakiti orang lain.
Setelah selesai semua, kami melipir hendak istirahat sebentar, tapi oleh askar disuruh maju terus tidak boleh berhenti di dalam gedung. Oh ada akal, saya duduk sebentar hendak minum. Jadi bisa sebentar saja mengistirahatkan kaki.
Lalu diusir lagi deh.
Jadi kami baru bisa istirahat setelah diluar gedung jamarat.
Minum lagi sebentar, sambil duduk menunggu teman-teman satu rombongan lainnya berkumpul.
Setelah lengkap, kami berfoto sejenak.
Tak disangka, ada si Misbah? Bagian urusan layanan jamaah haji yang selama ini membantu kami di Mekkah yang kami suruh membuka jendela kamar ...eh bertemu lagi di jamarat dengan pakaian ihramnya. Rupanya dia sekalian beribadah haji.
Setelah menjelang senja, kami berjalan kembali ke kemah.
Alhamdulillaah, selesai satu prosesi dan kami semua selamat tidak kurang satu apapun. Bisa masuk ke kemah lagi setelah berjalan jauh itu rasanyaaaa seneng banget nget...
Akhirnya bisa mandi dan berganti ke pakaian biasa lalu menyelonjorkan kaki. Aneka balsem dan minyak urut bertebaran.. Selesai sudah baju ihramnya. Bapak-bapak menggunduli rambut. Untungnya paksu masih menyisakan sedikit rambut jadi ga plontos amat.

Besok, masih lanjut melempar jumrah untuk yang kedua.
Sekarang, selepas makan malam mau istirahat dulu.
Rasanya badan udah remuk.. hehe.

Klik di bawah ini untuk sambungannya ya.

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 9

Terima kasih sudah membaca
Wassalamualaikum wrwb.

Selasa, Agustus 08, 2017

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 7 - Armina Yang Menghujam Kalbu - ARAFAH DAY 2

Hari ini 9 Dzulhijjah

Harinya Wukuf di Arafah.

Pagi itu suasana tenang, udara cukup dingin dan matahari belum muncul tapi sudah terasa panasnya. Aktivitas sudah ramai sejak jam 3 pagi. Mulai banyak yang antri ke toilet untuk mandi dan wudhu.
Saya mengajak pak suami untuk mencari teh hangat. Kebiasaan saya selalu minum teh hangat di pagi hari.
Rupanya di meja makan belum ada air ... jadi kami berjalan-jalan mengelilingi area sekitar maktab. Sampai di dapur, terlihat kesibukan petugas katering sedang masak dan menanak nasi untuk sarapan.
Mereka sudah membuat teh, dan jamaah haji di sekitar dapur boleh mengambil teh yang disediakan. Alhamdulillah.
Sempat kami foto-foto sejenak berlatar bukit yang ada di Arafah.
Lalu kembali ke kemah untuk bersiap-siap menghadapi wukuf.

Selesai makan, mandi dan sholat Dhuha, jamaah haji lebih banyak membaca Al Quran atau berdzikir.
Saat menjelang wukuf, suasana makin syahdu.
Dzikir dan doa yang dilantunkan dan ceramah dari pemimpin haji di maktab sangat menyentuh hati.
Diingatkan tentang siapa kita dan kemana kita kelak akan pulang. Diingatkan tentang syukur atas segala nikmat apa saja yang Allah berikan pada kita. Baik kita suka atau tidak, semua itu baik untuk kita... Semua itu kasih sayang Allah.
Kita sampai duduk di sini di Arafah pun karena kasih sayang Allah. Berapa banyak orang ingin berhaji, berapa banyak uang yang telah dikeluarkan, kalau Allah tidak menghendaki, maka tidak akan sampai.
Diingatkan tentang orangtua dan kasih sayang mereka, dan banyak orang yang juga terpisah dengan orangtua atau tak pernah bertemu dengan ayah ibunya.
Juga tentang pasangan kita... Dari milyaran manusia, dipasangkan Allah dia yang jadi suami/isteri kita. Sementara banyak orang masih mencari mana pasangan hidupnya.
Tentang anak dan masih banyak keluarga yang menunggu kapan Allah memberi mereka keturunan.
Sungguh sudah banyaak sekali nikmat yang Allah beri, namun sedikit sekali kita bersyukur.

Saya meleleh..
Airmata terus turun membasahi jilbab dan baju saya.
Teringat semua pembangkangan saya pada Allah.
Rasa marah, kesal karena diberi ujian hidup yang saya benci, kadang saya merasa Allah jahat,
memberi saya masalah yang tidak ada jalan keluarnya,
padahal sayanya yang tidak mau merendah dan datang pada Allah.
Disela-sela dzikir dan doa itu saya berdialog pada Allah.

Dan Allah menjawabnya langsung.
Masya Allah betapa indahnya perasaan khusyuk ini.. Allah begitu dekat dan kita sedang berbicara dengan Sang Pencipta kita. Pencipta langit dan bumi. Pencipta bintang-bintang dan seluruh isi galaksi.
Gemetar rasanya seluruh badan dan jiwa.
Saya bukan mendengar kata... tapi merasa ada pemahaman yang masuk langsung ke dalam hati kita dan keyakinan bahwa ini sungguh Allah.
Perasaan bahwa kita sedang berdialog langsung dengan Sang Pencipta itu memang sulit dituangkan dalam kata-kata. Karena kali ini hati yang bicara, bukan logika.
Di saat kita berbicara, di detik itu juga ada rasa sejuk dan damai yang tak bisa diungkapkan dengan bahasa. Rasa sejuknya bahkan mampu mengalahkan panas di sekitar. Seakan-akan sedang ada di gunung dengan suhu yang dingin.
Rasanya melebihi saat kita lama bepergian jauh lalu pulang ke rumah ingin dipeluk ibu atau suami dan anak tercinta dengan rasa yang teramat sangat rindu. Rasa bahwa akhirnya kita bertemu dengan Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ya Allah, siapa saya ini...
Dan saya paham, saya adalah ruh yang berasal dari Allah dan sewaktu-waktu akan kembali pulang.

Ya Allah, mengapa Engkau menciptakan saya ?
Lalu saya jadi paham.... Allah mau memberikan banyak kebaikan untuk saya di dunia ini, maka sembahlah Allah.

Ya Allah...terimakasih sudah membiarkan saya hadir di dunia ini pada waktu yang ini. Terbayang wajah semua orang yang saya cintai, anak, suami, ibu, bapak, abang adik semuaanya... Teman, keluarga, semua wajah berkelebat dengan cepat.

Ya Allah, aku sadar aku hanyalah ruh yang engkau masukkan ke tubuh ini...
Mohon bimbinglah aku Ya Rabb agar kembali padaMu dengan baik dan tenang. Janganlah aku menyakiti atau menyusahkan orang lain...
Tolonglah anak keturunanku supaya bisa mengenal dan dekat dengan Mu juga.
Bimbinglah anak-anakku dan keluarganya walaupun aku kelak sudah tiada. Kasihanilah mereka.. kasihanilah kami.
Ya Allah mohon mudahkan aku dan keluargaku di akhirat kelak. Tolong mudahkan saat hisab kami.
Kumpulkanlah kami di surga ya Rabb... ijinkan aku bertemu Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.
Ijinkan aku memandang WajahMu ya Rabb.

Ya Allah ampuni aku...

Ya Allah... sayangilah aku... bimbinglah aku ya Rabb..
Aku sering bingung, aku sering ga tahu harus berbuat apa..tanpa Engkau aku pasti salah jalan ya Rabb..

Ya Allah....

Ya Allah...


Rasanya saya terus memanggil Allah, seakan Allah sedang duduk di hadapan saya dan menggenggam tangan saya.
Saya sadar waktu saya tidak banyak....begitu banyak yang ingin saya ucapkan, yang ingin saya mohonkan..
Sebentar lagi wukuf selesai, sebentar lagi Ashar, sebentar lagi harus ke Muzdalifah, sebentar lagi harus kembali ke Mekkah, sebentar lalu pulang ke Indonesia, sebentar lagi kematian datang ya Allah..

Pak pemimpin doa menyatakan kita memasuki akhir wukuf, rasanya airmata makin bercucuran.
Suami dan isteri dipersilakan saling bertemu dan bermaafan.
Suasana mendadak ribut, karena ibu-ibu di sebelah saya menangis sambil memanggil suaminya.

Saya lihat suami saya berjalan mendekati.
Kami saling mendekat dalam diam dan berpelukan sambil menangis.

Saya memandangnya dari sisi yang berbeda sekarang.
Inilah manusia yang dipilihkan Allah untuk jadi imam saya.
Kasihan, kelak dia harus berdiri di hadapan Allah mempertanggungjawabkan semua perbuatan saya sebagai isteri dan bagaimana dia mendidik saya. Seorang pria apalagi dia adalah suami dan ayah akan berdiri dihisab lebih lama dari anggota keluarganya. Betapa beratnya jadi pria.
Semoga diringankan beban pertanyaan untukmu karenaku ya pa..
Semoga kita disatukan hingga ke jannah.. Aaaamiiin..

Wukuf di Arafah memang sungguh luarbiasa.
Berjumpa dalam artian sungguh berbicara dengan Allah itu rasanya.... tak terbayangkan.
Tempat yang suhunya panas membakar ini, padang pasir gersang dengan angin yang panas ... yang secara fisik jauh dari kata indah... tapi justru di sini saya mengenal arti bahagia yang sesungguhnya.
Kebahagiaan ternyata bukan karena kita berada di tempat indah, berpakaian yang cantik dan segala sematan duniawi yang selama ini jadi indikator rasa bahagia kita.
Kebahagiaan itu hadir saat diberikan rasa bahagia oleh Sang Pemilik Rasa.

Saya baru mengerti ungkapan hadist, bahwa kebahagiaan tertinggi di surga adalah saat bertemu dan bisa menatap wajah Allah secara langsung.
Baru dikasih setetes kenikmatan bersua Allah sebentar begini saja rasanya jiwa bungah dan hati membuncah bukan main.
Apalagi bila bisa menatap wajah Allah, Zat Maha Pengasih dan Penyayang secara langsung.

Di Arafah inilah saya berniat ingin membuat tulisan ini. Yah, pada kenyataannya tak semudah dugaan saya. Banyak kesibukan tak menentu yang membikin tulisan ini tak kunjung selesai. Niat saya hanya semoga semakin banyak yang berniat berhaji selagi muda. Percaya Allah akan mudahkan dan menjaga semua urusan dan keluarga yang ditinggalkan.
Semoga teman-teman semangat berikhtiar supaya segera masuk dalam daftar antrian haji ya.
Lamanya jangka waktu antrian jangan dipusingkan. Tambah saja kualitas keimanan kita, tambah lagi ilmu agama kita .... siapa tahu Allah panggil berhaji lebih cepat daripada antrian yang bertahun-tahun itu.
Karena waktu toh bukan punya kita.
Tugas kita lah menjalaninya dengan sebaik aktivitas yang kita bisa.

Insya Allah.

Bersambung ke : Mina dengan Sejuta Rasa

Klik di bawah ini ya..

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 8

Terima kasih sudah membaca.
Wassalamualaikum wrwb.

Jumat, Juni 09, 2017

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 6 - Armina Yang Menghujam Kalbu - ARAFAH DAY 1

Armina adalah Arafah - Muzdalifah - Mina.

Tiga tempat yang jadi puncaknya ibadah Haji.
Yang paling dinanti seluruh jutaan manusia yang sedang berharap cemas agar ibadah Hajinya lancar dan tuntas dan beroleh Mabrur.
Karena ganjaran ibadah haji yang mabrur adalah surga** Aaamiin.

Catatan tentang Armina sebagian sudah saya tulis di Notes FB nanti saya sambung link nya kesini. Dengan catatan kalau inget yah...
Baiklah, saatnya menggali semua ingatan luarbiasa yang ingin saya bagikan.

============
Arafah Day 1

Pak Pembimbing bolak balik mengingatkan untuk kami yang baru pertama kali berhaji agar bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Karena ibadah haji yang pertama kali sifatnya wajib. Sedangkan untuk yang berikutnya jadi sunnah. ( Beberapa pendapat menyatakan tidak seharusnya menunaikan ibadah haji lebih dari sekali karena Nabi Muhammad SAW tidak mencontohkan. Namun saya tidak akan membahasnya.)

Jadi dari awal menjelang Armina, persiapan dilakukan betul-betul serius.
Untuk saya, bareng ibu-ibu lain mulai dari membeli sabun khusus yang tidak wangi, mencari roll on deodoran yang juga tidak wangi. Menyiapkan sandal dan kebutuhan lain yang belum dibawa dari tanah air. Macamnya bisa banyak banget. Dari peniti, kaus kaki, panty liner, pembalut, aneka tali, dlsb.
Yang bapak-bapak mulai dari membeli sabuk yang baru, obat-obatan dan juga peralatan mandi yang tidak wangi.
Karena saat berihram kita tidak boleh memakai wewangian kan, jadi ini pada ganti semua deh khusus buat Armina.

Yang ga ketinggalan, teman-teman juga menyiapkan aneka bekal makanan. Bahkan hingga satu tas besar khusus makanan kecil, aneka roti dan selai, buah, air minum, jus, susu, biskuit ... duuh kadang terpikir ini kok rada lebay... Tapi ya sudahlah, kalo bisa dibawa ya dibawa, kalau ga bisa dibawa bilang baik-baik pada teman, jangan sampai bertengkar.

Menjelang keberangkatan ke Armina, sudah diumumkan akan berangkat jam 2 siang, jadi jam 12 siang harus sudah selesai packing, sudah harus kelar makan siang, mandi dan berwudhu, sholat Dhuhur lalu kalau sudah siap semua, harus berniat ihram.
Menyiapkan mental untuk memasuki masa wukuf.

Saat diumumkan bis sudah datang, kami turun menuju lantai dasar hotel dengan wajah tegang. Walau bagaimana.... kisah-kisah tentang balasan Allah pada segala perbuatan kita semasa di tanah air berpengaruh juga ya. Tidak ada yang bersuara....semuanya diam dalam dzikir. Percaya atau tidak, udara rasanya berbeda. Suasananya panas, suhu udara di luar hotel terasa panas sekali, tapi ada semacam naungan ...entahlah apa namanya. Seperti cuaca mendung namun dalam suhu yang sangat panas. Sudahlah tak perlu melirik angka termometer... Setidaknya 40+++°C.
Pak pembimbing mewanti-wanti karena suhu akan panas sekali, jadi harus hemat tenaga. Jangan mengangkat barang berat. Dorong saja pakai kaki.
Jadi begitulah, kami mendorong tas kami dengan kaki dalam diam dan suhu yang membakar. Keringat bercucuran, tapi tak ada yang berani berkomentar.
Baju putih yang saya kenakan rasanya sudah mulai basah, jilbab pun mulai basah dan kepala mulai cenat cenut. Tidak ada cara lain mengusir rasa tidak nyaman ini selain banyak minum air putih dan berdzikir.

Bis tidak kunjung boleh dinaiki, jadi lobi hotel pun menjadi makin sesak oleh rombongan jamaah. Selain makin panas, untuk bernapas juga makin sesak karena udara pengap. Saya dan suami melipir ke pinggir pintu supaya dapat udara. Mulut ini rasanya sudah gatal mau bertanya kapan kita berangkat, kapan boleh naik ke bis, tapi berusaha menahan diri.. Selain harus hemat tenaga, sebaiknya juga hemat bicara yang ga perlu. Selain untuk menjaga emosi diri juga agar tidak memancing keributan dengan jamaah lain.

Akhirnya kami naik bis juga dan mulai berangkat setelah didoakan pemimpin mu'asassah (Pelayanan Jamaah Haji).
Lalu saat bis berangkat sambil memandangi lalulintas di jalanan saya terpikir, akankah saya kembali dengan utuh... kalau saya kembali apa yang akan terjadi di Arafah. Banyak yang terlintas di benak saya.. Apa ya yang akan Allah tunjukkan pada saya. Saya deg-degan .... terbayang dosa-dosa dan kenakalan yang pernah saya lakukan sejak kecil. Akankah saya bisa berdialog langsung dengan Allah, seperti apa ya rasanya ? Kalau seperti di sholat Tahajjud rasanya kok saya ga begitu khusyuk.
Parah banget saya ini.. Duh, ampuni aku ya Allah. Mohon kasihani aku. Sudah setua ini, masih lemah sangat kadar imanku. Tolong bimbing aku...

Bis kami tiba di Arafah menjelang Maghrib, dan langsung berhenti di pinggir kemah. Sepertinya bis kami rombongan terakhir. Karena kemah-kemah sudah penuh oleh rombongan jamaah lain yang duduk berdzikir. Kami meletakkan tas di tempat yang disediakan, dan ternyata tidak datar. Jadi kalau tiduran pasti akan bergulir ke kanan dengan sendirinya. Hehehe.. ya sudahlah dinikmati saja.
Antara pria dan wanita dibatasi oleh sekat ala kadarnya saja. Tapi rasanya tidak sempat untuk tolah toleh. Gimana ini ngatasi rasa panas, ini langsung menyita pikiran banget.
Semakin dipikirkan malah terasa semakin panas dan sesak.

Duuh... Panasnya ya Allah.
Kemah ini begitu panas. Bahkan berlapis-lapis alas karpet tidak bisa meredakan panas dari pasir yang langsung menyengat badan begitu kami duduki.

Apalagi yang mau disombongkan ? Baru panas di dunia ini saja aku sudah blingsatan ya Allah. Mau ngomel sama siapa ?
Rupanya panas ini ada gunanya... Malahan sangat banyak hikmahnya.
Salah satunya untuk meluruhkan lapis-lapis kesombongan yang selama ini kita tempelkan.
Peluh makin deras bercucuran.
Semoga panas ini menguapkan dosa-dosa ku semuanya.

Hari ini kegiatannya persiapan untuk wukuf di keesokan hari. Setelah Sholat maghrib bersama, ada dzikir dan setelah itu makan malam.
Sabar... semuanya harus mau sabar mengantri. Mau makan, mau ke toilet... semuanya mengantri.
Kalau makan bisa diatur lah ya... nanti saja pas rada sepi baru ambil makan.
Tapi kalau urusan ke toilet ini perlu strategi dan keikhlasan juga.
Bayangkan, pernah suatu saat perut sedang mules banget, tapi antrian di depan saya ada 8 orang. Semua toilet penuh, jadi ya mau gimana lagi.. Pokoknya langsung istighfar dan berdzikir dalam hati dan kali itu saya sungguh-sungguh berdoa semoga saya tidak mempermalukan diri sendiri. Duuh, alhamdulillah masih bisa tahan walaupun sudah keringat dingin bangetts.
Pernah juga udah ngantri lama, pas mau masuk eh disela ibu-ibu yang sudah super kebelet. Ya sudahlah... semoga saya dimudahkan di lain kesempatan.
Jangan berharap banyak tentang kebersihan, namanya juga bareng ribuan orang jamaah dari segala penjuru Indonesia.. tidak semuanya punya toilet di rumah.

Dan memangnya siapa saya mau minta diistimewakan terus... diantara ratusan dan ribuan orang ini saya bukan siapa-siapa.
Di antara milyaran makhluk ciptaan Allah dari galaksi, planet, hingga manusia, saya ini layaknya pecahan debu super duper kecil. Sudah untung lahir jadi manusia bukan jadi cacing.
Alhamdulillah..... Ingatan tentang hal ini ampuh membuat saya lebih tenang.

Namun saya jadi sadar Allah itu dekat, Ia menolong hambaNya yang berdoa sungguh-sungguh. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sejauh ini semua baik-baik saja. Alhamdulillaah.
Menjelang malam, kami memilih untuk mulai tidur lebih cepat. Setelah Isya dan membaca Qur'an, saya pun bersiap tidur.

Lalu bagaimana saat Wukuf ?

Saya lanjut di tulisan berikutnya yaa... Arafah Day 2.

Klik di bawah ini.

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 7

Terima kasih sudah membaca.
Wassalamualaikum wrwb.