Rabu, Agustus 07, 2019

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 12 - Penutup

Catatan Alhamdulillaah..


Alhamdulillah...Akhirnya tulisan ini selesai juga.
Rasanya kok ga kelar-kelar ya. Sampai-sampai gaya tulisan saya berubah dari sejak menulis pertama masih pakai kata 'aku', sekarang sudah jadi 'saya'. Dari yang dulu masih emosian, sekarang sudah jauh lebih tenang.

Saya dan suami merasa bersyukur ikut dalam Bimbingan Haji reguler. Kebetulan di tempat kami ini jumlah jamaahnya tidak banyak.. hanya tigapuluhan orang, jadi kami lumayan kompak. Sampai sekarang pun masih sering berkomunikasi. Tapi jangan tanyakan dimana alamat bimhingan hajinya ya. Karena suatu dan lain hal, bimbingan haji ini sudah tidak beroperasi lagi.
Haji reguler juga mengambil waktu yang lebih lama di tanah suci, namun rasanya lebih puas, dan lebih 'dapat' rasa berhajinya. Yaah, mungkin karena ada perasaan egaliter, terasa betul bahwa kita ini sama-sama manusia biasa makhluk Allah yang sedang mencari ridha Nya. Satu sama lain tak jauh berbeda karena status atau pangkat disini tak begitu terasa.

Saya bersyukur karena sebelumnya telah membaca buku-buku tentang ibadah haji dan rutin menghadiri taklim. Jadi saya bisa merasa nyambung, relatif lebih tenang, lebih sabar, ikhlas dan khusyuk mengikuti rangkaian prosesi haji di Armina. Ternyata menambah ilmu itu berguna banget bagi saya memaknai setiap prosesi haji. Saya berharap teman-teman yang membaca tulisan ini mau bergegas menambah ilmu sebelum keberangkatan ke tanah suci. Memang sih sesungguhnya yang dinilai dari prosesi haji ini adalah bagaimana hasilnya nanti saat kita kembali ke lingkungan kita. Tapi hasilnya tak akan jadi bagus, kalau prosesnya juga seadanya. Dan menurut saya, ini menurut saya lho yaaa... proses berhaji yang baik hanya bisa kita jalani kalau sebelumnya kita sudah memperkaya diri dengan ilmu dan mindset yang positif.

Beberapa kisah tentang Belajar Kepada Allah bukan dimaksudkan sebagai ajang ngomongin orang lain alias ghibah. Nama tokohnya saya samarkan, namun ini adalah kisah nyata yang saat itu bahkan sampai sekarang masih kami bahas saat pertemuan di grup wa. Tentunya kali ini dengan wajah tersenyum, tidak panik dan heboh seperti saat kejadian. Namanya juga hikmah selalu datang belakangan yah. Mungkin kelak kisah selain saya akan saya hapus semua. 

Tak banyak yang bisa saya tulis lagi. Saya hanya berharap tulisan ini memantik rasa rindu dan memantapkan niat untuk segera mendaftar haji, serta bersabar mengikuti apa pun kehendak Allah tentang kapan teman-teman akan jadi berangkat. Semoga setiap niat baik kita dimudahkan dan dilancarkan. Doa, doa dan doa, segala sesuatu dikembalikan lagi ke Allah. Biar Dia yang memutuskan kita harus bagaimana.

Perihal anak-anak. Mereka sangat gembira dengan kepulangan ayah ibunya. Di depan pintu rumah, terpajang tulisan "Welcome Home Mama dan Papa dari Haji. Lalu ada gambar Kakbahnya. Semua saudara dan juga orangtua tentu kaget melihat gigi saya yang rompal. Ya sudahlah ya, emang gigi saya rapuh karena dulu pas kecil sering banget sakit jadi keseringan minum antibiotik bikin gigi jadi rusak.
Si sulung antusias menunggu saya bercerita.
Si nomer dua langsung menangis saat melihat saya. Kangen sekali katanya.. Ah sayang, mama pun kangen.
Si bayi, takut dan tidak mengenali saya saat bertemu. Hiks padahal mama kangen banget naak... Butuh waktu beberapa hari untuk mengambil hatinya lagi. Rasanya sedih banget, saat athira lebih memilih lari ke neneknya kalau dia menangis. Sabar...sabar...
Setelah ini athira tidak mau menyusu langsung lagi. Dia sudah jadi anak botol dot. Yaah, sayang sekali.
Ibu memutuskan segera balik ke rumahnya supaya athira bisa dekat sama saya lagi.
Tapi saya bersyukur bangeet semuanya dalam keadaan sehat walafiat.

Terima kasih banyak untuk kedua orangtuaku, keluarga Sucipto, keluarga Marsuhud, Bulik Jum yang sudah menjaga anak-anak selama kami pergi. Semoga Allah membalas dengan pahala berlipat ganda.

Banyak menulis tentunya banyak pula kesalahan saya.
Mohon doanya semoga tulisan ini jadi sedikit bekal bagi anak-anak saya kelak, buat teman-teman yang akan berhaji dan menjadi secuil catatan amal saya serta mengalirkan pahala pula untuk almarhum ayah saya. 
Semoga dari yang sedikit ini Allah ridha.
Aaamiiin Ya Rabbal 'Alamiin.

Jazakumullahu khair untuk semua yang sudah membaca, yang email dan yang DM. Mohon maaf kalau lama banget menulisnya, lama juga saya membalas message nya. 
Semoga Allah ampuni semua kekhilafan saya.



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kutinggalkan Bayiku pergi Haji 11 - Madinah

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji - 11

Madinah

Madinah, Kami Datang

Hari-hari terakhir di Mekkah, saya berusaha rutin mengunjungi Masjidil Haram barengan pak suami. Iktikaf sejak tahajjud hingga Dhuha lalu balik ke hotel berjalan kaki dan Dzhuhur balik lagi ke Masjidil Haram hingga Isya. Walaupun kami suami isteri, tetep menjaga adab di masjid. Jadi duduknya tetap terpisah di area yang dikhususkan untuk pria dan saya di area khusus wanita. Hanya kami pilih lokasi yang berdekatan. Jadi tetap bisa saling memantau. Mengisi hari-hari dengan menunaikan sholat sunnah hingga sholat wajib, membaca Al Quran terasa nikmat sekali disana. Rasanya indah sekali hidup bila hanya diisi dengan aktivitas begini. Makan, tidur, ibadah sholat ke Masjidil Haram. Damai, tenang, nyaman.. serasa sudah berada di surga. 
Kalau lapar kami makan roti bekal, kalau haus minumnya air zam-zam. Kalau mengantuk tinggal selonjoran diatas sajadah. Oiya, kalau ke sini sebaiknya membawa sajadah yang tebalnya cukup untuk menahan dinginnya lantai Masjidil Haram ya Pak Bu. Kalau tidak, bisa masuk angin.. Masjid mulai sepi, AC nya pun jadi dingin banget karena banyak jamaah yang sudah mulai pulang ke negara masing-masing hehe..

Ada saja kejadian lucu yang menemani selama disana. 
Di Masjidil Haram ada tim pembersih yang selalu bekerja keras membersihkan lantai dan pelataran Masjid. Mereka bekerja dalam kelompok berseragam hijau dan diketuai beberapa orang pria yang berpakaian gamis putih dan berkaffiyeh hitam. Mereka bekerja sangat efisien dan cekatan. Pernah kami tertidur setelah membaca Al Quran di lantai dua. Tiba-tiba terbangun karena ada suara desingan dan ribut membangunkan jamaah yang iktikaf karena lantai mau dibersihkan. Mereka dengan hebohnya menyuruh kita menyingkir, tapi woow... ga perduli dengan barang kita. Kalau tidak segera beres-beres beralih, alamat sandal dan sepatu akan langsung di siram juga dengan cairan pembersih lantai dan ikut dibuang karena dianggap sampah.. Jadi sebelum menentukan mana lokasi yang akan kita tempati, baiknya dilihat dulu, kira-kira pasukan pembersih sudah sampai mana.. sudah lewat atau belum. Demi menjaga ketenangan beribadah.

Masa-masa akhir ini kami seperti turis. Masjidil Haram jadi sepi dan jalanan pun lengang. Kadang kami pulang berjalan kaki dari Haram menuju hotel. Lalu mampir ke kedai minuman untuk istirahat sebentar membeli teh susu dan kebab. Aroma dan suasananya memang tak tergantikan. 
Hari-hari akhir ini rasa kangen sama anak-anak mulai datang. Saya memasang foto mereka di samping tempat tidur. Kadang saya pandangi sambil membaca Al Quran dan memanjatkan doa untuk mereka serta orangtua di rumah. Duh kangennya.. tapi berada di dekat Haram ini rasanya tenang sekali. Jadi rada dilema gitu. Antara ingin pulang dan ingin tetap disini. Hehe..

Oiya, pernah suatu ketika, kami membeli beberapa kaffiyeh untuk oleh-oleh. Beruntung si penjual bisa berbahasa Inggeris. Saya menunjuk baju gamis untuk anak kecil yang lucu dengan pita-pita dan bertanya tentang ukuran yang paling kecil. Penjual bilang mereka tidak punya yang lebih kecil dari 3 tahun. Ah sayang sekali, pasti lucu kalau dipakai cicirara. Mereka bertanya apakah saya punya anak kecil ? 
Saya jawab, "Ya, anak saya berumur 1 tahun waktu saya datang ke sini."
Penjualnya kaget.
"What ?!! You left a baby for hajj ?"
"Well yeah."
"Masya Allah.. masya Allah !"
Pak penjual berseru kaget sambil bolak balik memegangi pipinya. Lucu deh mereka ini..
Penjual itu lalu memanggil saudaranya dan menceritakan tentang hal ini dalam bahasa Arab. Saudaranya tidak beranjak dari tempat duduknya, tapi berteriak dari dalam. Lalu mereka berkali-kali mengucapkan selamat dan memberi salam dan mendoakan kami.. Saya tidak begitu paham, tapi rasanya terharu dan terkesan sekali dengan mereka. Apalah kami ini... kan niat kami hanya ingin beribadah memenuhi panggilan haji dari Allah..bukan mengharapkan apa-apa. Mereka sangat ramah dan penuh senyum.
Ini salah satu kenangan manis sewaktu di Mekkah.

Waktu Halangan Datang

Saat menjelang keberangkatan ke Madinah, tetiba waktu halangan saya datang. Kaget juga, karena saya pikir masih lama baru tiba. Tapi yah mau bagaimana lagi, ya disyukuri saja.
Alhasil, saya ga ikutan thawaf wada. Duuh sedih banget, berpisah dengan Kakbah hanya dari luar Masjidil Haram. Sedihnya tuh susah digambarkan dengan kata-kata.. yang jelas airmata bercucuran ga bisa ditahan. Saya hanya bisa menunggu di luar di pelataran Masjidil Haram sambil menatap merpati yang hilir mudik. Saya bersama satu orang ibu yang juga sedang berhalangan. Duduk berdua dengan perasaan galau.. Kebetulan kami berasal dari kloter yang sama. Huhuhu, entah kapan bisa ketemu Kakbah lagi. Saya mengajak ibu itu ke pintu sebelah Babul Hasan untuk melambaikan tangan pada Kakbah karena dari sini Kakbah bisa terlihat jelas dari luar pintu. Ya Allah, semoga Engkau banyakkan rezeki kami supaya bisa bertemu Baitullah lagi sekeluarga beserta anak-anakku. Aaamiiin..

Berangkat ke Madinah

Tas semua sudah disiapkan, makanan sudah diletakkan di tempat khusus. Lagi-lagi, kita harus menunggu waktu keberangkatan yang berjam-jam ini memang jadi ujian rutin bagi para jamaah haji. Dari Dhuhur sudah bersiap, namun Bus baru berangkat jam 5 sore. Kami sempat berfoto dengan Muaz si pengawas hotel dan jamaah yang selalu menolong kami.
Selamat tinggal Mekkah, selamat tinggal Masjidil Haram.. sampai berjumpa lagi yaa.. airmata saya menitik saat melewati perbatasan kota. Akhirnya perpisahan dengan kota Mekkah jadi nyata adanya.
Sepanjang perjalanan jalannya mulus banget. Tapi di kanan kiri masya Allah... tandus sekali. Hanya batu-batu, pasir dan angin bergulung-gulung. Tak ada pohon untuk mengaso sebentar. Tak sadar menitik lagi airmata kali ini membayangkan perjalanan hijrah Rasulullah menuju Madinah. Dalam ketegangan bertaruh nyawa dikejar-kejar kaum Quraisy, beliau berjalan dibawah cuaca yang keras sekali. Betapa beratnya. Berasa mellow banget saat memandangi gurun berbatu di luar bis ini.
Keras betul alam disini, tapi ada pribadi dengan hati selembut Nabi Muhammad SAW. Masya Allah... kok bisa yaa... Itulah Maha Kuasanya Allah.
Sekitar jam 8 malam bis yang kami tumpangi mulai mendekati rest area, kami diingatkan untuk tidak pergi sendirian. Banyak sekali bis yang sedang beristirahat disini. Ada jamaah dari Pakistan yang juga sedang mampir. Berkali-kali diingatkan agar jangan lengah, harus selalu dalam rombongan dan harus saling menjaga teman di kanan dan kiri, dan harus periksa toiletnya dulu. Kalau aman baru masuk. Wah wah ada apa ini... Banyak sekali peraturan, mendadak kami jadi tegang.
Tapi begitu turun dari Bus, angin kencang meniup kami yang badannya kecil-kecil ini.
Waah, bener ternyata... memang kita harus saling berpegangan tangan supaya ga tertiup angin. Lalu di toiletnya, penerangannya minim..jadi rada remang-remang gitu. Dan yang menjadi perhatian saya, bangunan toilet wanita ini tidak tertutup sampai langit-langitnya. Ada celah antara langit-langit dan dinding pembatas yang memungkinkan orang masuk dari luar dan mengganggu jamaah wanita. Pantas saja diingatkan untuk saling menjaga. Kondisinya memang rada menyeramkan kalau dari segi keamanan.. Mudah-mudahan sekarang sudah jauh lebih aman yaa..

Selebihnya perjalanan diisi dengan tidur dan tidur. Jauh juga ya... sekitar 5 jam menuju Madinah. Di bis dibagikan makanan dalam kemasan alumunium. Tapi saking lelahnya, rasanya saya tidak ingin makan nasi. Hanya buah dan yoghurt yang bisa saya telan. Tengkuk saya mulai dingin dan basah oleh keringat. Buru-buru deh minum anti masuk angin.

Sesampainya di Madinah sekitar jam 11 malam, kami turun dan mulai pembagian kamar lagi. Kali ini teman sekamar saya berubah, walaupun isinya tetap 4 orang ibu-ibu. Kamarnya jauh lebih bagus dari di Mekkah, tempat tidurnya standar kasur single hotel yang empuk dan ada bed covernya. Di kamar juga sudah tersedia ceret air panas dan washtafel untuk cuci piring. Kamar mandinya ada bathtub dan hotelnya memiliki lift lebih dari 2. Letaknya persis di pojokan Masjid Nabawi. Jadi keluar hotel tinggal jalan dikit langsung masuk pelataran Masjid Nabawi. Hotelnya menyenangkan, di sekitarnya ada yang jual Bakso, di seberang hotel ada Hotel Movenpick yang dibawahnya ada Bin Dawood. Alhamdulillah semua serba menyenangkan. Bagaimana ya kabarnya hotel ini sekarang..

Karena saya masih halangan, jadi tidak ikut dalam kehebohan pagi yang mau subuh dan mau ke Raudhah.. Heuheu, syeddiiih. Pagi-pagi sekali ditelpon suami, diajakin sarapan di resto indonesia. Sebetulnya bukan resto khusus masakan Indonesia yah, hanya beberapa saja penjual makanan Indonesia. Ada bakso yang jual orang kita, tapi selebihnya orang India atau Pakistan gitu yang hobi berteriak-teriak kencang.. Duitnya mana, duitnya mana..Ih, berisik deh..haha. Ada jamaah yang terpancing emosi karena si penjual berteriak persis di depan mukanya. "Iyaa, nantii !!", balasnya.
Besok-besok ada orang kita yang sepertinya tki disitu pagi-pagi sudah jualan nasi kuning dan nasi uduk. Wah langsung habis diserbu.. Mesti menunggu di luar hotel pagi-pagi banget selesai sholat subuh harus siap beraksi atau kehabisan..

Madinah sedang dingiin sekali. Kalau melihat petunjuk cuaca diluar tertulis suhunya 6°C. Whaaakss... dingiin bangett inih. Saya ga pernah ngerasain suhu yang seperti ini. Kata petugas hotel disitu, ini masih belum terlalu dingin.. Astaghfirullaah.. Owh, sudahlah ya, jangan lebih turun lagi suhunya. Saya pernah pas subuh selesai mandi suci bebersih, lari-lari ke Nabawi sudah ga kebagian tempat sholat di dalam. Jadilah saya sholat di luar di tengah terpaan angin yang kencang dengan suhu segitu. Masya Allah, saya merapat ke sebelah saya ibu-ibu dari Indonesia juga. Badan kami terayun-ayun tertiup angin.. Wuiiih dinginnyaaa... sampai gemetar dan gemeletukan gigi saya.
Oiya saya pakai baju rangkap 4. Diluar pakaian dalam, ada kaus dalaman lengan panjang dan celana kaus yang untuk dalaman gamis, gamis atau tunik sebetis dan celana panjang, dan terakhir sweater. Lalu untuk ke masjid masih pakai mukena dan sarungnya lagi dan kaus kaki.
Jangan lupa mengoleskan bodycream dan bodylotion setelah mandi dan kapan saja kulit terasa kering. Alhamdulillah kulit aman. 

Rata-rata kami mengalami masalah kulit akibat suhu dingin ini. Dari Makkah yang lumayan panas 40an° C sekarang jadi 6°C. Mantaap ! Yang batuk pilek jangan ditanya deh yaa... ini penyakit langganan jamaah haji sepertinya. Untuk ibu-ibu, mungkin karena rajin pakai body lotion, rata-rata aman dari masalah kulit. Yang kasihan itu jamaah pria. Banyak yang kulitnya pecah-pecah, gatal dan hingga berdarah. Mungkin kalau bapak-bapak merasa malas ya pakai bodycream atau body lotion.. terasa lebay kali mikirnya. Padahal yang tanpa aroma juga ada kok Pak. Di toko sekitar hotel juga banyak jual Glysolid atau bodybutter lainnya. Akibatnya jadi mengelupas semua kulitnya sampai berdarah-darah yaa ampuun ngerii deh melihatnya. Pak suami langsung saya bekali Salep khusus untuk melembabkan kulit. Biar bagaimana, kalau perubahan cuaca yang ekstrim begini perlu banget kita merawat kulit. Bukan buat gaya-gayaan. Hanya biar lebih nyaman beribadah saja dan biar ga kesakitan saat beraktivitas. 

Di sekitar hotel banyak toko-toko. Ada toko emas, toko Donut, toko kosmetik brand terkenal dari Inggeris, toko souvenir yang baguus banget window displaynya, bahkan ada toko lingerie. Toko emasnya mbook, jual gelang segede-gede gelas. Ckckck, itu ibu-ibu yang pakai itu untuk arisan pasti pakainya tangan kanan kiri kan ya..sugih tenan. Uniknya, semua penjualnya adalah pria. Saya geli sendiri saat memperhatikan di toko lingerie, seorang pembeli pria sedang memilih lingerie dan yang melayani juga.... pria. Membayangkan apa ya yang mereka diskusikan. Rasanya aneh sekali.. padahal begitulah yang seharusnya.
Oiya, di Madinah ini suasananya lebih tenang, lebih sejuk dan orang Arabnya juga berbicara dengan lembut. Beda dengan di Mekkah yang masih terdengar bunyi klakson ditekan kencang-kencang lalu berteriak kalau ada kemacetan. Disini semua serba tenang..
Kadang kami melihat pasangan suami isteri Arab yang ganteng dan cantiik sekali bergandengan tangan turun dari mobil sport mewah menuju Masjid Nabawi. Wah, sampai melongo betul kami melihatnya. Ganteng dan cantiknya itu lho masya Allah.. belum pernah kita lihat yang nyata seperti ini. Biasanya hanya di majalah saja. Walaupun kadang isterinya bercadar, tapi dari tulang hidung dan rona matanya bisa dilihat kalau beliau itu cantiik sekali. Kami yang sedang jalan berombongan langsung terdiam terpesona... Bapak-bapak langsung nyeletuk, ibu-ibu hati-hati jaga pandangannya... Ibu-ibu langsung bisik-bisik... jangan-jangan mereka itu pangeran dan isterinya ya... atau mereka itu malaikat yang menyamar. Haha, jadi mana yang benar nih ... Pangeran atau malaikat... ? Ini belum melihat wajah Nabi Yusuf a.s. yaa.. yang begini saja sudah bisa bikin kita terbengong-bengong.

Gigiku Patah, heuheuheu...

Jarak di Madinah ini banyak yang berdekatan, jadi seringkali kami berjalan kaki mengelilingi beberapa tempat. Masjid Abubakar, tempat eksekusi hukuman syariat, gedung pemerintahan, dan pasar kurma. 
Di pasar kurma, rombongan dijamu di toko yang juga menjual cokelat. Waah unik-unik cokelatnya. Dari yang besar hingga yang kecik-kecil seperti batu warna-warni halal untuk dicicipi di tempat. Kalau mau bawa pulang, ya bayar atuh.
Masya Allah, saya langsung kalap. Halal euy, kapan lagi kan yaah. Nah ini nih.. harusnya saya bisa menahan diri dan tidak lepas berdzikir. Saya akui pas itu pas lagi kegirangan banget ketemu cokelat gratis.
Setelah berbelanja kurma saya mampir memilih cokelat. Saya pilih cokelat yang biasa saja ukurannya kok. Eh, pas digigit, mak bletaak.... haduuuh... gigi saya patah... Gigi depan pulaa.. Heuheuheu... mungkin saking dinginnya suhu di situ, cokelatnya bisa membeku sendiri.
Satu rombongan jadi kaget banget..dan merubungi saya.
Ada apa, ada apa dengan Kandi ? Awalnya gitu pada sok perhatian. 
Saya langsung merengek minta suami diantar ke dokter gigi.. Yah, mana ada disini dek ? Hiks, syedih banget deh ..
Pulang dari pasar korma dan seterusnya hingga pulang ke tanah air, habislah saya jadi bahan ledekan jamaah serombongan.
"Eh di dekat bakso si Doel itu ada yang jual bubur enak lho. Cocoklah buat Kandi.. makan yang lembut-lembut aja ya dek, nanti gigimu mrotol semua".
Lagi jalan beramai-ramai, melihat jamaah yang giginya ompong dari Pakistan.."Dek, itu temannya kasihan... Coba ditolongin, mungkin udah ga punya roti lagi.. kasihan ga bisa makan ntar.."
Pada jahaaaaaraaa semua yaaah..hiih awas aja ntar gak aku kasih bumbu pecelll kalo pas makan !! Seperti biasa, rasa makanan kateringnya ya gituu deh.. Bumbu pecel bekal dari ibuku ini lumayan jadi penyelamat banget. Tapi enggak kok, itu cuma ancaman kosong wae.. aslinya sih saya cuma bisa nyengir aja.

Saya bawa potongan gigi saya ke kamar sebelah. Seingat saya, nenek bawa lem super. 
"Assalamualaikum Nek, nenek bawa lem super kan ?"
"Waalaikumsalam, iya neng... masih ada nih. Mau ?"
"Iya nek, mau dong dikit."
"Mau buat apa ?"
"Buat ngelem ini...," saya mengacungkan potongan gigi saya.
"Hah ?? Lu kira sendalll !! Ogah ah, ntar lu keracunan gua disalahin."
"Aaah nenek, dikit aja kok nek."
"OGAH !"
"Dikit aja..."
"OGAH AH !! SONO balik ke kamar lu !!"
Ya begitulah, saya diusir lalu didoakan nenek, biar nanti giginya cepet rapih lagi yah neng.. Tempat tidur kali nek, yang rapih.
Bener-bener deh yaaa, kenangan di Madinah inii. Kalau diingat sekarang bikin senyam senyum sendiri.

Berburu Raudhah

Berniat memasuki raudhah pertama kali itu rasanya deg-degan banget. Ya Allah begini rasanya mau ketemu idola manusia berabad-abad.. Ga sabar melihat makam Rasulullah SAW. Jalannya panjang berliku-liku. Tahu-tahu sampai ke pelataran di bawah Kubah hijau. Masya Allah, hati mulai bergetar. Kami dibagi dalam beberapa antrian. Ada Eropa, Africa, India / South Asia, lalu Malay. Tahu dong yah, kita masuk yang mana.
Sembari menunggu antrian ada penceramah yang membagi tausiyah tentang Halal, haram, bid'ah, kesabaran mengantri, dilarang berlari dan banyak hal. Topiknya berganti-ganti dan dibawakan dalam bahasa kita. Ada yang Bahasa Indonesia dan ada yang Bahasa Melayu.
Begitu sampai giliran kita diperbolehkan masuk.. Wooow, semua orang berlarian udah kayak kesambet apa.. Pada ga inget tadi barusan aja dikasih tahu jangan berlarian. Semuanya ingin mendekat ke makam Nabi dan sholat di Raudhah. Masya Allah, sholawat dan salam semoga selalu tercurah untukMu wahai Nabi tercinta Muhammad SAW. Saya mengucap sholawat serasa sedang berbicara langsung pada Nabi yang mulia. Kita ga bisa mengintip ke dalam, karena rapat sekali ada semacam penutup yang melapisi jeruji pintu di makam Nabi. Tapi tak apa, bukankah, Nabi Muhammad membalas ucapan salam yang disampaikan kepadanya.. 
Masya allah, sholat dan berdoa disini tak tergambarkan rasanya. Terharu sangaaat. YaAllah, inilah taman syurgaMu.. Ijinkan hamba masuk kedalam syurga Mu ya Allah. Ijinkan hamba Ya Rabb.. Saya sholat sambil airmata terus bercucuran.. nangis sejadinya. Mohon ampun sambil komat kamit mendoakan anak-anak.
Rasanya sholat belum juga selesai, askar sudah berdiri di dekat kita dan mengingatkan untuk segera keluar.
"Ayo, haji Indonesia, cepat keluar !!" Oalah kok cepat banget siih.. rasanya masih ingin di sini.
Saya pindah ke sisi raudhah yang sebelah kanan. Sampai askar bener-bener mengusir baru deh saya keluar dari raudhah. Ya Allah, rasanya beraat banget keluar dari tempat ini... sepertinya sepotong jiwa saya tertinggal di raudhah.. Besok saya mau kesini lagi... begitu keluar dari Nabawi langsung janjian sama temen-temen jamaah.

Hari kedua menuju Raudhah.

Baru saja menginjakkan kaki di pelataran Nabawi ada buggy car melintas dan berhenti menunggu saya dan teman. Wah saya boleh naik ? Saya bertanya pada pak supirnya. Boleh, kata petugas buggy car.
Yiihaaa, asyeeek... saya setengah menjerit.
Nah ini !! Seharusnya tuh saya mengucap alhamdulillah dan menjaga istighfar. Ini kok malah kesenengan sendiri. Jingkrak-jingkrak kayak orang aneh.
Soalnya lumayan jauh jaraknya menuju pintu ke raudhah dari pojokan Nabawi ini.
Begitu masuk ke dalam dan baru aja mau mulai mengantri, kok ya mendadak tiba-tiba perut sakiiit banget kepingin pup. Astaghfirullaah.. keringat dingin langsung keluar sejagung-jagung.
"Haduuh mbak, aku ke toilet dulu yaaah. Mbak duluan aja?"
"Lha ngantrinya gimana ini dek ?"
"Gapapa mbak, kalau masih sempat ya nanti kita ketemu lagi."
"Yawes, hati-hati ya dek."
Saya pun berpamitan. Lalu melesat ke toilet di basement Nabawi.
Toiletnya bagus, bersih dan wangi. Tapi sepiii.. Sudah sering diingatkan juga agar berhati-hati terhadap kejahatan di toilet wanita. 
Wes, bismillah aja deh..semoga aman. Udah kebelet banget ya Rabb. Mohon lindungi saya ya Rabb. Saya membaca doa dan bergegas masuk kamar mandi. 
Alhamdulillahnya pas saya naik ke Masjid dan masuk kembali ke antrian menuju Raudhah masih ketemu mbak temen sekamar saya. Makanya yaah, lain kali jangan lupakan berdzikir.
Berhati-hati banget karena ini masjid suci. Cateett yaah.. suka ada yang aneh-aneh aja kalau kita lupa diri.

Hiasan di Masjid Nabawi sangatlah cantik, bikin terkagum-kagum. Lampu-lampunya, karpetnya, detail ukiran di tiang-tiang. Semuanya indah. Corak hitam putih di lekukan antar tiang juga bagus banget. Rasanya seperti berada di antara pohon korma. Dan yang spektakuler, saat langit-langit masjid terbuka menampakkan awan dan langit biru di kejauhan cakrawala.. Aaah, langsung tepuk tangan sayanya, eh tapi banyak yang ikutan tuh....dah emang pada ndeso semua. Hehehe...
Di luar juga pas payung terbuka atau menutup.. Kereen banget, ga ada yang macet, semuanya mulus. Masya Allah, kepingiin ajak anak-anak kesini Ya Allah.. Semoga Allah kabulkan, aaamiiin.

Puasa Muharram

Kami sempat mengalami puasa Muharram di Nabawi. Masya Allah di tengah cuaca sejukkk, puasanya rasanya enak sekali. Ramai betul di pelataran Nabawi saat orang datang hendak berbuka puasa. Banyak yang membawa anak-anak. Kami tadi sudah menyiapkan bekal untuk buka puasa. Eh ternyata disini dibagikan takjil untuk buka puasa juga. Ada kurma, kacang, kismis dan yoghurt. Ada roti juga di tempat yang berbeda.
Kami kedapatan tempat di luar. Di samping kami duduk orang dari India atau Pakistan gitu deh, ga jelas asalnya.
Karena sudah adzan dan bekal kami banyak, akhirnya saya berbagi roti dengan ibu India he tadi.
Eh setelah dia gigit, tiba-tiba dia lepehkan lagi. 
"Oh no, i dont eat peanut", katanya sembari meludah-ludah.
Lalu dia sodorkan roti itu dan sekaligus lepehan rotinya yang sudah berludah itu dibalikin kepada kami. Langsung begitu saja, bukannya dibungkus tissue dulu kek.
Saya kebingungan nyari tissue. Eh si ibu langsung aja mau jatuhin lepehan roti tadi ke sajadah teman di samping saya. Yang otomatis langsung nangkep pakai tangannya sembari ngomel-ngomel..
"Lho, kok langsung didekek neng kene thoo... wong iki lho..yok opo seeeh ?!!!" Mbak Ut mengomel panjang pendek pakai bahasa Jawa.
Tapi si ibu India he mah cuek aja.. Terdengar suara iqomah, semua bersiap-siap. Si ibu India itu langsung minum dan bebersih, dan segera sholat maghrib.
Kita yang sibuk membersihkan bekas lepehan dan roti sisa tadi. Terutama Mbak Ut yang tangannya menampung lepehan tadi sambil muring-muring ke ibu India tetap dalam bahasa Jawa.. "Hei, awakmu ga pernah diajari sing apik yo !? Mosok ngelepeh neng nggone uwong !"
Yang diomeli ya diem saja, lha wong lagi sholat. Dia ngerti juga kagak. Kami pun segera bebersih dan bergegas untuk masuk sholat. Kecuali Mbak Ut.
Yaampuun mbaak, si ibu India mana ngerti diomeli gitu mbaaak... 
Duuh itu yaa, saya sholat maghrib sambil berusaha keras menahan konsentrasi.. Kok ya adaaaa aja pengalaman disini..

Puasa hari kedua.
Banyak jamaah yang menunaikan puasa Muharram. Biasanya pada janjian buka puasa di warung bakso Si Doel. Tapi saya dan Mbak Ut teman sekamar saya ga ikutan makan keluar. Uang riyal kami sudah tiris banget. Sudah habis buat beli oleh-oleh.. Makanya kami hemat-hemat betul supaya cukup buat berbuka. Karena lusa keesokan hari lagi jadual kami pulang ke tanah air, jadi ga banyak pengeluaran riyal lagi. So, bener-bener tinggal dikit banget ga sampai 10 riyal.
Oiya, kalau pas hari kedua ini di masjid Nabawi ramai sekali. Makanya kami berencana mau cari takjil di luar saja.
Jadi ceritanya sahur kami pakai makan malam jatah dari muassasah. Nanti bukanya mau beli donat saja masing-masing satu buah. Buat makan buka puasa kami pakai jatah makan siang. Karena jatah makan malam baru dibagikan jam 8 malam. Lumayan lah ada takjil donat buat mengganjal. Kami lari-lari setelah sholat maghrib dari masjid Nabawi ke toko donat dan ke hotel supaya cukup buat makan dan balik lagi untuk sholat Isya.
Donatnya tuh enaak banget, glazurnya yang cokelat dan strawberry itu uuh menggoda sekali. Kok ya kebetulan kami sama-sama sedang kepingin donat.
Sesampainya di kamar hotel, baru saja gigit donat, tiba-tiba bel pintu kamar berbunyi. Pas diintip ternyata datang teman sekamar yang tadinya beliau mau makan berbuka puasa di Warung si Doel. Wah, kami cuma punya donat yang sudah digigit. Sama-sama bingung, akhirnya saya memasukkan lagi donat ke dalam bungkusannya dan menyimpan di dalam tas. Mbak Ut pun sama.
Bergegas saya membuka pintu untuk mereka, daaan... Mbak Ozi mengacungkan satu box besar donat dari toko yang sama. Waaah, kok bisa sama gini yaa ??
"Haai ! Ini aku bawakan donat buat kita buka puasa. Hayuuk dimakan yuuk !! Aku ga jadi makan di luar, antriannya panjang banget."
Masya Allah... kok bener-bener bisa pas begini ya.. saya dan mbak Ut sampai terbelalak heraaan banget. Rencananya kami cuma mau buka puasa pakai satu buah donat saja, eh Allah kasih lebih banyak lagi. Akhirnya kami jadi pesta donat termasuk bagi-bagi ke tetangga kamar dan yang sudah saya gigit saya makan bareng suami. 

Jalan-jalan di Madinah

Menjelang pulang
Oleh-oleh sudah, bagasi pun sudah diikat. Sebagian barang suami seperti ihram satu stel ada yang diberikan pada jamaah backpacker yang dari Pakistan.. mereka senang sekali. Alhamdulillah kalau bisa berguna yah. Peralatan makan dan beberapa printilan dapur ada yang kami bawa, banyak juga yang kami tinggal di hotel. Nanti bisa dimanfaatkan oleh petugas hotel. Toh kalau dibawa juga hanya menyesaki bagasi saja.
Alhamdulillah kami bisa pulang dari Madinah langsung direct Jakarta. Prosesnya tidak lama dan tidak terlalu mengantri. Sempat ada pemeriksaan badan di imigrasi tapi secara umum semuanya lancar.
Sekitar maghrib, perjalanan pulang menuju Jakarta dimulai.
Ya Allah, akhirnya selesai prosesi haji ini..
Begitu banyak hal yang kami pelajari disini.
Semoga semuanya bisa menjadi pengingat dalam setiap langkah kami ke depannya.
Anak-anakku sayang, mama datang..

Sambungannya bisa di klik di bawah ini ya..

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 12

Terima kasih sudah membaca.
Wassalamualaikum wrwb.