Jumat, Maret 16, 2018

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 9 - Melempar Jumrah Yang Penuh Perjuangan

Prosesi melempar jumrah hari pertama kemarin memang sangat berkesan. Bagaimana kami berhasil bertahan berjalan pulang pergi sejauh 6 km, belum lagi kelelahan sejak menunggu bis dari tadi malam. Namun alhamdulillah bisa diselesaikan juga.. 
Itu saja rasanya udah setengah mati. Malam hari selesai sholat Isya berjamaah dan makan, acara diisi dengan tausiah singkat oleh pak pembimbing, dzikir bersama dan membahas rencana untuk pelemparan kedua.

Hari kedua prosesi pelemparan jumrah, kami pikir rasanya akan lebih mudah.
Sepertinya sih lebih pede ya... Hmm, padahal ternyata hari ini adalah hari yang super beraaaat.. Gimana ceritanya ? Monggo, baca aja selanjutnya ya..
_____________________

Pagi buta, jam 2 pagi semua sudah dibangunkan untuk mulai bersiap. Yang ke toilet harus segera mengantri untuk mandi dan bebersih, untungnya masih sepi. Masih sempat sholat malam dan makan roti juga minum teh hangat.
Lalu kami berbaris rapi dan berangkat menuju Masjidil Haram untuk Thawaf. Lagi-lagi kami kesulitan mendapat kendaraan, akhirnya setelah berjalan sekitar 1 km agak menjauhi lokasi tenda Mina, dapat juga bis yang cukup untuk dimasuki kami serombongan. Gapapa deh rada sesempitan bareng dengan jamaah dari Pakistan. Alhamdulillah bisnya ber AC.
Memasuki jalanan kota Makkah, mulai macet dan tersendat-sendat.
Mulai khawatir, ...duuh bisa dapat Subuh di Masjidil Haram ga ya ?
Berdoa dan dzikir yang banyak biar ga khawatir melulu, dan semoga Allah mudahkan.
Kami melewati hotel tempat menginap di Mekkah... Rombongan jadi ribut, ooh rindunya sama kamar, kasur dan bantal. "Kapan kita balik kesini ya Pak ?" beberapa teman bertanya ke Pak Pembimbing. Selama ini di tenda cuma tidur di karpet dan beralas mukena yang dilipat-lipat.. Begitu deh yaa..jadi manyun..
Walaupun kamar di hotel Mekkah ga senyaman kamar di rumah, tetap saja setelah ditempa tidur seadanya di perkemahan Arafah dan Mina jadi hal yang paling dirindukan saat ini...mulai deh lebay ..

Setibanya di dekat jalan yang menuju pinggiran pelataran Masjidil Haram, kami harus berjalan kaki lagi karena bis sudah tidak boleh mendekat. Alhamdulillah, mendekati waktu Subuh, alur manusia membanjiri Masjidil Haram, dan kami salah satunya.
Karena ramai, akhirnya rombongan berpencar untuk mencari tempat. Kami janjian untuk bertemu lagi di area selesai Sai. Alhamdulillaah, saya dapat tempat di lantai dua dekat area Sa'i bersama ibu-ibu satu rombongan kami. Suasana disini sangat syahdu. Pilar-pilar Masjidil Haram melengkung besar-besar, menjadi bingkai suasana pagi. Langit malam mulai bergaris memerah menyambut adzan diantara suara burung yang bersahutan mengiringi pagi. Beruntung juga, pak suami tak jauh dari situ ada di barisan para pria. Setidaknya hati jadi tenang.

Selesai sholat subuh kami mulai prosesi Thawaf Ifadah untuk tanda tuntas selesainya ibadah haji. Wah kebayang ga, jutaan manusia beniatan yang sama. Masjidil Haram penuuuh sesak. Melongok dari atas, rasanya tidak mungkin thawaf di sekeliling Kakbah, karena di bawah sepertinya gerakan thawaf melambat saking padatnya orang. Masya Allah.. 
Akhirnya kami memutuskan berthawaf di lantai dua. Tentu saja dengan resiko jaraknya jadi lebih jauh. Tapi setidaknya bisa bernapas dengan lebih lega. 
Paksu segera menggandeng saya, supaya saya bisa mengikuti langkah kakinya yang panjang-panjang. Segera saja lantai dua pun menjadi penuh sesak. Jamaah dari Afrika rasanya tidak berjalan, mereka thawaf dengan setengah berlari, saking kencangnya bergerak. Sempat berpapasan juga dengan jamaah dari Inggris. Lucu ya, jadi ketahuan asal negaranya karena ada bordir lambang bendera mereka di jilbabnya. Mereka yang dari Eropa ini berjalan dengan anggun tidak terburu-buru.
Kami larut dalam dzikir dan doa. Entahlah, setiap berthawaf rasanya selalu terharu.. namun kali ini di tengah ramainya orang, konsentrasi juga dipasang supaya ga bertabrakan. Saya kadang kalau sudah oening saking umpel-umpelan begini jadi ga menghitung sudah berapa putaran. Alhamdulillah, beruntungnya punya suami yang selalu teliti. Saya sempat berhenti di putaran ke 6, tapi ditarik lagi sama Paksu... karena menurut beliau kurang satu lagi...yaaah kirain udahan. 
Lanjut ke area Sa'i.. Sama penuhnya. Bahkan jamaah dari Turki membentuk barisan pria di luar untuk melindungi jamaah wanitanya di sebelah dalam. Jamaah dari China pun sangat ulet mencari jalan. Barisan mereka tak bisa dipotong.
Alhamdulillaah selesai sa'i dan memotong beberapa helai rambut. Masih sempat sholat sunnah mutlak dan duduk menunggu teman serombongan. Lalu kami rehat sambil minum sebentar untuk mengisi tenaga.
Ya Allah, tak terasa satu demi satu prosesi Haji selesai. Menitik air mata saya, teringat betapa panjang proses yang kami lalui hingga sampai kesini, perjuangan mengumpulkan uang, menabung untuk melunasi, dan bersabar melewati setiap tahapan. Sedikit teringat si bayi dan anak-anak, sedang apa ya mereka saat ini.. airmata pun menetes. Saya segera minum dan mengunyah permen... biar ga terlalu teringat mereka. Air Susu saya sudah berhenti sejak kami berangkat menuju Armina. Mbak Yan bilang saya sekarang tambah kurus. Iya kah ? Saya ga memperhatikan.

Selesai Sa'i telah berkumpul beberapa orang dan kami menunggu cukup lama, padahal janjinya rombongan akan segera bergerak menuju Mina lagi untuk melempar. Acara tunggu menunggu ini betul-betul menguras tenaga. Kelelahan yang sudah terkumpul selama berhari-hari dan rasa lapar membuat emosi mulai tersulut. Inilah dia ujiannya datang lagi.
Beberapa orang mulai ga yakin sama ketua regu.
"Tadi bilangnya janjian dimana sih, apa ga salah nih.... kenapa yang lain belum muncul?" 
"Pak pembimbing kemana ini, coba ditelpon!" Dan telponnya ga menyahut.
Setelah 1 jam menunggu, kami memutuskan berjalan keluar dari area sa'i menuju pelataran di bawahnya. Masjidil Haram ini begitu luas, sangat sulit kita bertemu seseorang secara ga sengaja kecuali sudah janjian atau sudah kehendak Allah.
Di pelataran belakang yang luas ini mata jadi silau karena suhunya yang panas luarbiasa, waktu itu sekitar jam 10an, ada timbunan geragal di kanan kiri, gersang dan kotor. Berantakan banget lah...
Ada dua-tiga orang yang mulai meninggikan suara, masing-masing melontarkan ide dan bantahan tentang kita harus kemana setelah ini tanpa Pak Pembimbing. Saya sebenernya mulai kepancing emosi juga. Alhamdulillaaah banget, sebelum buka mulut saya sempat melirik ke Paksu. Beliau mengerti saya mau apa dan langsung menajamkan matanya sambil menggelengkan kepala. Tanda mau bilang, udah jangan ikut-ikut! Okeeee, baiklah Pak.

Saya melihat di samping kami ada bangunan bertingkat yang kosong di sebelah kiri dan ada kolong luas dibawahnya. Saya ajak nenek kesitu untuk berteduh. Yang mau berdebat dan bertengkar monggo... kami ntar ngikut gimana hasilnya aja. Wong kita sama-sama buta lokasi, mbok ya dibawa dzikir aja.. Bener kan Pak Bu ? Bertengkar itu ga menyelesaikan masalah. Yang ada malah jadi bete satu sama lain nantinya.
Lumayan nih bisa ngadem sebentar dan minum. Paksu dan beberapa orang mulai melipir mengikuti kami berteduh.
Cuaca panas memang cenderung bikin saya sakit kepala kalau sudah dehidrasi. Makanya harus banyak minum. Dan inilah salah satu kebodohan kami. Lupa membawa tempat minum besar yang dibeli sejak di Asrama Haji Pondok Gede. Padahal perjalanan masih jauh... heuhuhu...

Setelah menunggu lumayan lama dan berusaha telpan telpon, tiba-tiba Pak Pembimbing muncul dari kejauhan dengan membawa dua tentengan besar makanan. Saya lupa, seingat saya itu dari resto AlBaik. Rupanya tempat makan penuh diserbu orang, jadi beliau juga baru selesai membeli dan berputar-putar dulu mencari kami. 
Alhamdulillaah ketemu juga ya, kalau nggak entah sampai kapan acara menunggunya ini.

Karena cuaca panas, kami mau balik ke kemah Mina lagi, lalu baru melempar pada sore harinya. So, akhirnya rombongan pun bergerak lagi. Kali ini ga ada bis yang lewat, akhirnya kami sewa mobil angkutan penumpang yg cukup besar, diatas kapnya pun bisa dinaiki orang. Ibu-ibu disuruh naik duluan. Penumpang didalam ternyata sudah banyak .. jadi bapak-bapak sebagian naik ke atas mobil.

Rupanya setelah beberapa waktu, yang diatas jadi sangat kepanasan. Bapak-bapak berteriak minta sajadah buat menutupi kepala biar ga pusing. Ibu-ibu mengulurkan sajadah buat suami-suaminya. Saya pun ikutan mengulurkan sajadah ke atas buat suami saya.
"Pak, tolong ini sajadah juga buat suami saya ya."
Setelah beberapa lama, sajadahnya kembali ke saya. Ha, kok bisa ?
"Gak ada Pak Freddy diatas Bu", kata orang dari atas mobil.
Lho, terus mana suami saya ya ? Kepala saya berputar-putar ke seluruh penjuru mobil, ga menemukan suami saya.
Aduuh, jangan-jangan suamiku ketinggalan tadi. Saya mulai gelisah.
Satu persatu penumpang di absen. Di atas dipastikan ga ada. Di dalam mobil ga ada juga.. 
Bapak-bapak heboh sendiri, "Lho perasaan tadi Pak Freddy naik juga di sebelah saya kok."
Saya pasrah hanya bisa berdoa, semoga paksu bisa menyusul juga. Akhirnya teriakan bapak-bapak yang heboh membicarakan suamiku tertinggal itu terdengar oleh orang yang gelantungan di pintu mobil.
"Ada apa nyari saya ? Saya disini Pak !", orang-orang jadi tertawa.
Ternyata suamiku berdiri gelantungan di pinggir pintu. Suara diluar sangat berisik jadi beliau ga begitu dengar pembicaraan yang berlangsung didalam. Ealaah Pak Pak... 

Mobil berhenti di area yang macet ga bisa jalan lagi. Pak Pembimbing memutuskan untuk turun dan berjalan kaki. Padahal masih jauh banget ini. Di situ ada Mal besar Bin Dawood. Pak Pembimbing masuk ke dalam Mal. Duuuh senengnya, adem banget. Lumayan lah untuk mengusir rasa panas di luar.
Wah, kami sudah seneng, mikirnya asyiiik.... bakalan dibelikan minuman dingin atau es krim nih disini.
Ternyata Pak Pembimbing cuma mau cari jalan pintas. Setelah berbelok-belok di dalam mal, akhirnya kami keluar lagi lewat pintu keluar sebelah belakang.
Jiaaaaah, kirain bakal duduk di Pujasera atau apa.
Ngenes sendiri ngelihat deretan penjual minuman.
Sesampai diluar mal, Pak pembimbing menawarkan untuk berteduh sambil makan dulu. Kan sedari pagi kami belum makan.
Tapi mau duduk berteduh dimana... jalanan penuuh sama orang dan aneka jualan.
Tapi beberapa orang sudah tak sanggup berjalan karena lemes kelaparan.
Akhirnya kami duduk menggelar alas plastik yang memang dibawa dari Mina dan duduk... dimana hayo.... di samping tumpukan sampah. Ada aneka sampah dan lalat beterbangan.
Ini satu-satunya tempat yang rada kosong dan cukup teduh. 
Ini bener-bener deh satu hal yang ga mungkin kita lakukan kalau di Jakarta. Boro-boro deh !!
Tapi disini, sudah ga mikir lagi saking lapar dan lemasnya. Ini aja sudah alhamdulillaaah banget. Apa yang mau disombongkan coba. Kalau sudah kepepet, kudu bisa .. Tangan hanya dibersihkan pakai tissue basah dan sedikit air minum. Lalu kami makan dengan lahap. Sambil ketawa ketiwi karena tadinya tuh ya langsung duduk aja, setelah makanan mau habis baru nyadar...eh samping kita ini sampah lho ternyata.... hahaha..

Di sekitar situ ada para mantan tki yang berjualan makanan. Ada bakso, ada telor rebus, mie instan. Pak pembimbing kasihan melihat mereka, akhirnya telor rebusnya diborong semua ada sekiloan telur kayaknya.
Kita mikirnya, duuh buat apa nih telor rebus segambreng.. Kan kita masih pada kenyang.. Tapi yah kali aja nanti ada yang mau buat makan malam.

Perjalanan dilanjutkan.
Karena memang ga ada kendaraan, jadinya kami jalan kaki deh.
Tadinya kan niatnya mau balik ke tenda di Mina. Tapi ini jalannya mengarah ke Jamarat. Akhirnya diputuskan langsung ke jamarat saja karena sudah lebih dekat ketimbang ke Mina, nanti dari sini baru balik ke Mina. Padahal ya masih 4 km lagi lhoo !
Yuhuu.. saya ikhlas berjalan jauh begini. Tapi kesian juga kalau melihat jamaah yang sudah berumur. Jalannya mulai terseok-seok. Jalanan aspalnya pun panas banget. Memantul-mantul bikin silau dan suhunya yah... ga usah ditanya lagi deh.. Semoga Allah menguatkan.
Saya dan suami juga beberapa orang ga bawa kerikil tertinggal di Mina. Kami melipir ke tanah di sekitar jalanan situ untuk mencari batu kerikil. 
Walaupun sudah dirundingkan kita akan melempar jumrah lagi, tetep ada yang ga mendengarkan. Ga usah heran, rasa panas dan kelelahan kadang bikin kita jadi ga konsen.
Apalagi saat berjalan, kecepatan jalan tiap orang kan ga sama. Ada pasangan muda yang langkahnya panjang-panjang. Jadinya jalannya udah jauh di depan. Ngeduluin nih yee...hahaha.
Tapi saat akan berbelok ke jamarat, lha kok mereka malah ke arah Mina. Duh dipanggil-panggil, lalu diteriakin ga dengar juga. Akhirnya ada satu orang bapak-bapak yang lari untuk menyusul mereka dan balik lagi ke rombongan kita. Luarbiasa ! 
Moga-moga mereka bawa kerikil yah, kalau ternyata ga bawa dan ga ikutan nyari pas tadi di jalan... ya ga tahu lagi deh. 

Kami memasuki gedung jamarat ini siang hari jam 2 an. Aslinya kalau siang begini, jatahnya jamaah dari Eropa, Arab dan Afrika untuk melempar. Karena fisik mereka lebih besar jadi dianggap lebih tahan cuaca. Kalau kita yang Asia biasanya waktu melempar setelah Ashar hingga malam.
Tapiii, saat siang hari adalah waktu afdhol melempar. Seperti saat dulu Nabiyullah Ibrahim melakukannya.
Jadinya area menuju gedung jamarat penuuh dobel sesak, aneka ras bangsa di dunia ada disini. Ya Allah, entahlah gimana caranya biar bisa jalan dan masuk ke dalam. Beberapa jamaah yang sepuh sudah ga sanggup berjalan lagi. Akhirnya melemparnya diwakilkan. Mereka diminta beristirahat di dekat area toilet.
Dzikir, dzikir, dzikir... jangan kebanyakan mikir. Bismillah semoga lancar.
Alhamdulillah, kami jalannya melipir dan pelan-pelan. Pakai strategi yang kemarin. Ga boleh buru-buru dan jangan menyikut dan menyakiti orang lain. Jadinya bisa dapat tempat yang lapang buat melempar walaupun kondisinya penuh sesak.
Selesai melempar, rasanyaa legaaa banget. Saya rasanya seperti melempar semua setan yang ada di diri saya biar hancur terhempas ke dinding jamarat. Semoga begitu ya..aaaamiiin.

Selesai melontar, kami pun berjalan berjalan kembali menuju Mina. Sambil beristirahat sejenak, kami makan telur rebus yang tadi dibeli. Langsung habis deh itu telur, ternyata ga sampai acara makan malam ya umurnya.. Alhamdulillah banget, jadi ada tenaga lagi.

Kami jalannya santai dan pelan saja, karena aslinya sudah lelah banget. Dan suhu siang hari ini luarbiasa panasnya. Air kemasan sudah habis, dan bodohnya botolnya tadi dibuang supaya ga bikin berat... Haduuuh ! Jadi susah deh mau minta air dari yang lain ! Tempat minum gratis kok ga muncul-muncul...ini udah jalan 2 kiloan. Padahal biasanya banyak kelihatan. Sempat ketemu air pancuran minum tapi ternyata rusak. Kerongkongan rasanya keriing banget. Akhirnya saking hausnya nanya ke sesama jamaah, ada yang punya air lagi kah ? Mereka pun airnya tinggal dikit-dikit.. paling tinggal 3 cm dari dasar botol. Ada yang sudah hampir habis. Ga tega juga mintanya. Dikasih air dari Mbak Yul, saya cuma minta seteguk sekedar untuk meringankan dahaga. Suami pun minta seteguk. Kasihan nenek kalau sampai kehabisan air minum.

Itu air rasanya cuma lewat saja. Baru jalan 5 meter udah haus lagi. Ya Allah, hausnya mencekik sekali bukan main-main.
Air liur kering, lidah pun sampai terjulur keluar.
Ya Allah, mohon ampun Ya Allah.. Haus banget hamba ini Ya Allah. Mohon pertemukan kami dengan air.. Ya Allah dimana airnya. Tolong kami Ya Rabb.
Wajah mulai pucat dan langkah pun jadi berat tersaruk-saruk. Begini rasanya kalau orang mau pingsan yaa..
Disaat mata mulai berkunang-kunang, di kejauhan tampak orang yang berkerumun di tempat air pancuran minum. Kami pun bergegas berlari mendekat lalu minum sepuasnya. Bismillaaah. Pak pembimbing sempat meledek, kata beliau wah jangan-jangan itu air comberan yang disaring. Hmm, ga mempan Pak ! Saya dan suami udah ga peduli lagi saking hausnya, wis Bismillah aja deh.

Alhamdulillaaaaaah Ya Allah. Di saat kami sungguh kehausan, Engkau lah yang mendatangkan air, hingga hilang haus dahaga yang menyiksa ini. Di saat kami sudah hampir putus asa, disitulah pertolongan Allah datang. Kuncinya hanya berdoa, berusaha untuk tetap berjalan dan pasrah tawakkal pada Allah.
Saya terus terang belum pernah ngerasa kehausan separah ini. Kalau di tanah air, kita kan selalu banyak minum, air pun ada dimana-mana dan cuacanya lembab. Kalau di Makkah ini memang subhanallah. Angin tak ada, kalaupun ada udaranya keriing banget. Ditambah suhu yang panas luar biasa, sungguh hebat betul manusia yang tinggal di jazirah Arab ini. Allah Maha Adil, mereka yang badannya besar-besar memang ditaruh Allah di daerah yang alamnya keras.

Semakin mendekati tenda Mina, kaki rasanya semakin pegal.
Di saat langkah mulai lemas dan lesu karena kelelahan, takbir dan talbiyah yang diteriakkan para jamaah dari negara lain menyemangati kami. Berganti-ganti. Kadang dari jamaah Malaysia yang tahu-tahu sudah disamping kami dan menyapa, "Apa kabar?". Lalu mengajak berjalan lebih cepat.
"Ayo Pakcik ! Ayo Makcik! "
"Ya ya ya.. silakan duluan lah kalian.."
Ada juga jemaah Turki yang sepertinya selalu yang paling semangat meneriakkan talbiyah atau sholawat.
Ya Allah, masyaa Allah ! 
Luarbiasa persaudaraan dalam Islam. Terharu rasanya mendapat sekadar senyum ramah dari mereka. Hal sepele yang jadi penuh arti dan bisa membangkitkan energi kita ternyata.

Sampai di Mina, kami langsung menghambur ke sajadah untuk bersujud syukur. Lalu bersiap sholat dzhuhur dan ashar yang dijamak.
Selesai makan, rasanya cuma kepingin tidur dan meluruskan kaki.
Alhamdulillah Ya Allah, karena Engkau sajalah kami bisa menyelesaikan rangkaian ibadah hari ini.
Kalau dihitung sejak jam 2 pagi tadi, kami sudah berjalan 20 km lebih hari ini. Masya Allah...ternyata kami bisa dan Alhamdulillah kami semua selamat.
Rasanya tak henti mengucap syukur. Alhamdulillah Ya Rabb..
Wajah-wajah pucat kelelahan bergelimpangan di karpet.
Aroma balsem dan minyak urut pun bertebaran di udara.

Ini adalah hari yang sungguh luarbiasa dan tak terlupakan seumur hidup saya.. Yang selalu mengingatkan saya, bahwa pertolongan Allah itu dekat. Amat dekat.

Makan di samping tumpukan sampah. Ga bakalan mau kalau di tanah air. Tapi anehnya di sebelahnya ada orang lagi santai sambil leyeh-leyeh.. Cuma di jalanan menuju jamarat banyak ditemukan keanehan macam ini. Hehe..

Wajah - wajah kelelahan sekaligus terharu... akhirnya berhasil juga kami menyelesaikan prosesi lempar jumrah yang kedua.

Klik di bawah ini untuk sambungannya ya..

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 10

Terima kasih sudah membaca.
Wassalamualaikum. Wrwb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar