Rabu, November 22, 2017

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 8 - Mina dengan Sejuta Rasa

10 Dzulhijjah - Hari ke Mina

Selesai dari Arafah, rombongan mulai bersiap untuk ke Muzdalifah dan Mina.
Antrian jamaah haji yang akan menaiki bis tak kunjung selesai.
Saat mengantri begini memang cenderung menguras emosi.
Pak pembimbing mengajak kami untuk bersabar dan naik bis terakhir saja.
Jamaah dipersilakan tidur dan beristirahat untuk menghemat tenaga.
Yah... ini agak sulit. Mata tidak mengantuk, cuaca panas ... bagaimana bisa tidur ?
Tapi, ya sudahlah... duduk-duduk lagi sajalah.
Beberapa rombongan ada yang tidak sabaran, merasa jam afdol keberangkatan ke Muzdalifah sudah terlewati.. jadi berusaha segera menaiki bis yang tiba. Lagi-lagi kami diminta bersabar.
Godaannya adalah pengeeeen nanya ke pak pembimbing, lalu kita kapan naik bisnya pak ?
Untuk yang terbiasa hidupnya on schedule, harus bisa menahan diri banget yah....

Toilet kosong, tapi tidak ada yang merasa ingin ke toilet. Sampai yang biasa ngantri toilet digodain. "Ayooo...siapa yang mau ke toilet tuh mumpung sepiii !!"
Ga ada yang mau. Karena kondisinya banyak sampah dan gelap.
Ya, aktivitas di Arafah sudah mulai ditinggalkan. Mendadak disini seperti area tak bertuan. Kosong, gelap dan suara angin menderu2 menghantarkan debu dan panas.

Akhirnya bis yang bisa kami naiki datang juga. Menjelang jam 2 malam baru kami sampai di Muzdalifah. Memunguti batu-batu untuk lempar jumrah sambil diterangi lampu senter.
Area ini seperti lapangan perkemahan raksasa.
Dimana-mana orang berpakaian ihram lalu lalang. Dari kejauhan tampak menara jam dari Hotel Zamzam Tower menunjukkan jam. Juga menara Masjidil Haram.
Kami mengira-ngira berapa ya jarak ke sana. Lumayan bikin tebak-tebakan pengusir lelah.

Toilet disini banyak dan bersih. Lampunya terang dan tidak antri.
Saya menyempatkan mandi disini. Akhirnya bisa menyegarkan diri juga setelah mandinya jam 3 tadi pagi di Arafah.
Ada penjual popmie juga lho. Tapi rasanya aneh seperti kari India yang terlalu banyak jintan dan kayumanis. Gapapa lah, yang penting bisa buat ganjal perut. Dengan sesama teman satu rombongan mulai berbagi bekal yang kami bawa dari hotel. Ada buah, roti, biskuit, teh panas dari termos.. mbak Yul sempat bikin teh di Arafah rupanya.

Kami bertemu juga dengan jamaah haji asal negara2 Arab. Mereka bikin kemah di sini. Sepertinya sekeluarga besar. Karena ada 2 troli bayi di luar kemah.
Juga sempat berfoto dengan jamaah dari China. Sayang mereka tidak bisa berbahasa Inggeris jadi ga bisa ngobrol. Cuma hahahihi doang. Kami sholat subuh berjamaah disini juga.
Lalu sambil menunggu bis yang akan membawa ke Mina, rombongan mulai berfoto-foto.

Sampai di perkemahan Mina jam 12 siang. Lucu banget. Rombongan kami selalu memilih untuk naik bis terakhir, supaya tidak berebutan dengan jamaah lain. Tapi alhamdulillah, Allah Maha Pengasih.. kami dapat ruangan yang besar di kemah Mina. Jadi bisa mengatur tempat dengan leluasa untuk tidur dan menaruh tas di bagian pinggir. Di tengah ruangan bisa ditempatkan kompor portable dan panci kecil. Kemah kami AC nya cukup dingin. Ah, seneng banget akhirnya ketemu AC lagi. Lalu setelah sholat Dzhuhur dan makan siang, rombongan mulai bergerak menuju Jamarat untuk melempar.

Subhanallah !

Segera setelah keluar dari perkemahan Mina, kami masuk ke dalam lautan arus manusia yang buanyak banget. Mengalir terus. Hampir semuanya berpakaian ihram putih sambil bertalbiyah. Rasanya bulu kuduk meremang.
Arus manusia keluar dari mana saja bertemu di jalanan utama menuju tempat jamarat. Dzikir selalu membasahi bibir.
Sepanjang mata memandang... hanya mengalir lautan manusia berihram putih. Berbagai bendera negara dibawa sebagai penunjuk bagi jamaahnya, tapi tak urung jutaan manusia yang bertemu jadi arus berjalan ini membuat hati bergetar.

Memasuki terowongan Mina tempat timbulnya kecelakaan yang menyebabkan korban tewas ratusan orang terinjak-injak.. Talbiyah disuarakan dengan keras. Jemaah dari Arab atau India yang menyuarakan pertama dengan keras lalu diikuti oleh banyak rombongan jamaah lain di belakangnya. Hingga suara jadi seragam di saat itu.
Ini suasana yang bikin merinding. Seluruh saraf rasanya ikut bertalbiyah. Tak terasa airmata menitik membayangkan banyak orang wafat terinjak-injak. Di sekeliling saya aneka manusia dengan warna kulit yang beragam. Ada yang tua tertatih-tatih. Ada yang masih muda berjalan dengan gagah, membawa bendera. Ada yang bertugas meneriakkan talbiyah dengan toa. Ada suami isteri yang bergandengan tangan, ada yang berjauhan. Ada yang pakai kursi roda, ada juga yang dibantu tongkat. Rasanya saya bisa mencium aroma jalanan dan suasana syahdu saat itu. Semua menuju tempat yang sama.
Ya Allah biarlah pasir, batu, tembok terowongan dan jalanan ini dan semua yang kami lalui bersaksi kelak di akhirat bahwa kami pernah disini. Berusaha menunaikan perintahMu.

Labbaik Allahumma labbaik.
Labbaik alaa syarika laka labbaik
Innal hamda wal nikmata laka wal mulk
Laa syarikalah

Suara talbiyah bergema di dalam terowongan Mina.

Mendengarnya serasa panas dingin.

Sesampai di gedung jamarat yang luarbiasa besarnya, jumlah manusia semakin banyak. Jutaan orang dari berbagai ras mendekat untuk tujuan yang sama. Walaupun sudah bertingkat tiga, tetap saja masih berjubel dan tak ayal membuat perjalanan agak tersendat. Untungnya kami melontar saat sore hari, kalau siang hari tentu lelahnya dobel karena suhunya terik banget.

Saat mendekat ke jamarat pertama, begitu melihat lubang tempat kita harus melontar, seluruh orang yang berada di depan saya langsung menuju ke titik terdekat.
Saya pun hampir terbawa orang-orang itu. Dan betul saja, disana orang berdesak-desakan dan mulai dorong-dorongan. Batu- batu bahkan dilempar dari jarak jauh. Ini udah main fisik banget.
Hingga terdengar suara suami, "Kandi kesini !", memanggil saya.
Baru saya tersadar dan bergerak menjauh, eh iya ya.., kenapa saya kok seperti terhipnotis begini.

Rasa lelah setelah seharian di Arafah, dan Muzdalifah ditambah berjalan 3 km dari kemah Mina menuju jamarat membuat sebagian orang bernafsu untuk segera menyelesaikan sesi lempar jumrah. Rasanya seperti kesedot oleh arus orang banyak. Ga bisa mengelak, kecuali kitanya memperhatikan lingkungan sekitar. Tidak terpaku pada gerakan arus gelombang orang yang banyak.
Kondisi saya waktu itu betul-betul lelah, tapi kan masih harus berjalan. Tak terbayang untuk jamaah yang sepuh, prosesi lempar jumrah ini cukup berat bagi mereka pastinya.

Ternyata setelah berjalan melipir agak memutar lubang tempat jumrah, masih banyak tempat lowong. Kami bisa melempar dengan leluasa dan santai. Kuncinya hanya sabar. Memang benar kata pak pembimbing, perbanyak sabar dan jangan menyakiti orang lain. Kalau berdesak-desakan kan jadinya senggol sana sini, nyikut sana sini. Sengaja atau tidak kita pasti menyakiti orang lain.
Setelah selesai semua, kami melipir hendak istirahat sebentar, tapi oleh askar disuruh maju terus tidak boleh berhenti di dalam gedung. Oh ada akal, saya duduk sebentar hendak minum. Jadi bisa sebentar saja mengistirahatkan kaki.
Lalu diusir lagi deh.
Jadi kami baru bisa istirahat setelah diluar gedung jamarat.
Minum lagi sebentar, sambil duduk menunggu teman-teman satu rombongan lainnya berkumpul.
Setelah lengkap, kami berfoto sejenak.
Tak disangka, ada si Misbah? Bagian urusan layanan jamaah haji yang selama ini membantu kami di Mekkah yang kami suruh membuka jendela kamar ...eh bertemu lagi di jamarat dengan pakaian ihramnya. Rupanya dia sekalian beribadah haji.
Setelah menjelang senja, kami berjalan kembali ke kemah.
Alhamdulillaah, selesai satu prosesi dan kami semua selamat tidak kurang satu apapun. Bisa masuk ke kemah lagi setelah berjalan jauh itu rasanyaaaa seneng banget nget...
Akhirnya bisa mandi dan berganti ke pakaian biasa lalu menyelonjorkan kaki. Aneka balsem dan minyak urut bertebaran.. Selesai sudah baju ihramnya. Bapak-bapak menggunduli rambut. Untungnya paksu masih menyisakan sedikit rambut jadi ga plontos amat.

Besok, masih lanjut melempar jumrah untuk yang kedua.
Sekarang, selepas makan malam mau istirahat dulu.
Rasanya badan udah remuk.. hehe.

Klik di bawah ini untuk sambungannya ya.

Kutinggalkan Bayiku Pergi Haji 9

Terima kasih sudah membaca
Wassalamualaikum wrwb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar