Selasa, Agustus 11, 2009

Aku, Kami dan Dina Meinar


Hari ini, seminggu yang lalu Teh Dina meninggal. Sampai sekarang rasa kaget dan sedih masih terasa sekali. Hati mencoba untuk mengikhlaskan seorang yang baik hati untuk pergi. Walaupun sudah tahu kalau semua yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya, perpisahan tetap saja menyedihkan ya..

Teh Dina, dipanggil teteh karena beliau urang Sunda dan memang lebih tua dari kami. Sebagai orang yang dibesarkan dengan kultur menghormati yang lebih tua rasanya aneh aja melihat teman memanggil nama langsung pada nya. Jadi kami membahasakan dirinya teteh. Lucunya beliau juga memanggil aku mbak Kandi..

Teh Dina selalu datang dengan tersenyum, atau menyapa "Hai Cantik..". Gerak geriknya selalu ceria dan penuh banyolan. Celetukannya juga up to date.. dan bijak. Masih terbayang saat ngobrol ditanya apa rencana teh Dina setelah berhenti jadi pramugari? Katanya, pengen jadi anggota DPR, gemes lihat banyak yang berantakan.. Waktu itu kita tertawa mendengarnya. Atau saat mau pulang dari Mekarsari pas acara perpisahan TK Amelia. Teh Dina yang sedang hamil besar berjalan melenggang, sementara Pak Kyky suaminya berjalan di belakangnya memayungi dan membawakan tas plus barang lainnya. Euis, seorang teman yang tetangga Teh Dina langsung suit-suit. Beliau pun menjawab, "Ini caddy saya.." sambil berjalan pulang. Hehe..

Ibu satu ini juga sangat peduli dengan kerapian. Kalau datang selalu dengan penampilan yang rapi dan apik. Udah kayak peragawati banget. Secara tingginya juga diatas 170an. Kadang aku suka ngeledek, curang nih udah tinggi masih aja pake sepatu hak tinggi.. Beliau cuma tertawa.
Paling seneng pas hamil kedua, teh Dina sering lapar. Jadi sering banget nyamil di kantin sekolah. Lucunya kalau makan mie kuah yang panas itu enggak pernah lebih dari 5 menit. Waduuh..apa enggak kepanasan, tanyaku.. Hehe udah biasa harus makan cepat kalo lagi tugas, katanya.
Pekerjaannya sebagai pramugari yang dijalani sejak 15 tahun rupanya sudah meresap dalam dirinya. Jadi kalau mau makan atau mau beli minum, selalu menawari orang di sekitarnya. Selalu yang berinisiatif mengambilkan atau malah membelikan. Benar-benar pelajaran berharga tentang hal sederhana yang seharusnya kita pun bisa melakukan setiap hari.

Tidak pernah ada cerita kesal kalau membicarakan Teh Dina. Selalunya yang gembira, kocak, antusias, perhatian dan lucu. Banyak cerita lucu saat teh Dina masih jadi pramugari yang pernah diceritakan. Contohnya beliau pernah salah mengajak berbincang Unique Priscilla sebagai Titi DJ, menanyakan kenapa suaminya enggak ikutan, bahkan menanyakan juga kabar anak kembarnya ? Ada juga Mario Lawalata yang ditanya mau menggelar peragaan busana dimana sekarang?
Pernah pula teh Dina ikut ke Pasar Modern BSD untuk pertama kali, dan dia menelepon minta dijemput ke dalam pasar karena terpisah dan tak tahu mana pintu keluar masuk yang tadi kami lalui..

Beliau juga seorang yang berdedikasi. Saat pembentuan panitia Kartini di sekolah masa 2007-2008 kebetulan beliau adalah Ketuanya. Dengan tegas menolak siapa pun yang tidak bisa bekerjasama dalam kegiatan sosial tersebut. Walaupun kemudian memohon maaf bila dianggap telah menyinggung perasaan.

Saat bercerita tentang ibu yang baru melahirkan, teh Dina bilang kalau ia pernah kena baby blues saat melahirkan Adela. Jadinya bete kalau disuruh mendengarkan tiap ibu berkunjung juga menceritakan pengalaman melahirkan masing-masing karena sebetulnya ia sudah lelah dan ingin tidur. Makanya aku engga berani menjenguk bayi keduanya berlama-lama, berharap dia bisa segera beristirahat. Tetap saja aku terheran-heran mendengar pengakuannya bahwa ia sudah berhari-hari tak bisa tidur sejak melahirkan..

Waktu kumpul-kumpul dengan teman sering kita membayangkan bagaimana nanti ya kita ketemu lagi dan anak-anak sudah besar? Atau bayi-bayi sudah bisa diajak jalan-jalan. Tentu lucu ya, ibu-ibunya ngobrol dan para balita bermain.. Atau main ke rumah mbak Ida mencari batik sama-sama. Makan Kupat Tahu Magelang dan kali ini enggak sepiring berdua lagi. Main ke rumah teman-teman nggangguin Mia, Mona dan Euis. Pergi ke pengajian bareng. Terakhir kita sama-sama ke pengajiannya Ustadz Abu Sangkan bareng Mia ya..

Selamat jalan Teh Dina... Setiap manusia memiliki waktunya sendiri-sendiri. Aku sadar waktu untukmu telah Allah takdirkan. Walaupun menyesal kok aku engga sering-sering menelepon untuk menanyakan kabar, kok aku engga lebih sering lagi berkunjung, aku tahu itu tak akan mengubah keadaan. Selamat jalan sahabat tersayang...semoga tenang dalam perjalananmu...semoga rahmat Allah membimbing Adela dan Aisyah agar mereka menjadi anak yang sholihah yang akan terus mendoakanmu...

*Dalam foto : Teh Dina satu-satunya yang berkacamata hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar